Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mensos Cek Laporan soal Sabira, Bayi yang Akan Operasi Ganti Hati

Kompas.com - 08/06/2016, 11:06 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa akan mengecek laporan soal Sabira Husin, bayi asal Aceh Utara.

Bayi Sabira dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) karena mengidap penyakit atresia bilier atau tidak terbentuknya saluran empedu dengan sempurna.

"Soal bayi Sabira ini saya akan cek dulu ya laporannya seperti apa," ujar Khofifah saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (8/6/2016).

Khofifah menjelaskan alasan dia belum mendapatkan informasi detail soal Sabira. Sebab, setiap hari di meja Khofifah dipenuhi surat permohonan bantuan dana untuk bayi-bayi yang mengalami sakit.

Setiap hari, tak pernah kurang dari 20 surat yang menumpuk di mejanya.

Kebanyakan, surat-surat itu berasal dari orang yang berasal dari luar Jakarta. Mereka meminta bantuan untuk biaya menginap, transportasi dan makan selama bayinya dirawat di Jakarta.

"Dan rata-rata itu tulisan tangan, diikuti fotonya, KTP dan KK. Itu satu hari tidak pernah kurang dari dua puluh surat," ujar dia.

Ada juga yang meminta bantuan biaya medis. Namun, hal itu adalah wewenang Kementerian Kesehatan. Oleh sebab itu jika ada permintaan itu, Khofifah berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan untuk mencarikan solusi.

Tim "Quick Response"

Khofifah mengatakan, surat-surat itu langsung dilimpahkan ke tim bernama Quick Response Kemensos. Mereka akan turun ke lapangan untuk mengecek kebutuhan sang bayi.

Soal bayi Sabira yang membutuhkan biaya transfusi darah, susu dan pascaoperasi, Khofifah memastikan, hal itu tidak luput dari otoritas tim Quick Respons.

"Biasanya mereka merespons sesuai dengan kebutuhan yang harus diantisipasi. Makanya saya akan cek dulu soal bayi Sabira ini, apa-apa saja yang bisa di-support," ujar Khofifah.

Bayi Sabira yang lahir 12 bulan lalu saat ini sudah masuk ke dalam ruang karantina RSCM. Rencananya, tim dokter akan melakukan operasi ganti hati tanggal 11 Juni 2016. Pendonor hati bayi malang ini tak lain adalah ayahnya, Jefriza.

Ibu Sabira, Cut Linda Marheni mengatakan, saat ini untuk biaya operasi, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memberikan tanggungan dana sebesar Rp 250 juta, sedangkan RSCM sebesar Rp 750 juta.

Namun, Linda masih mengkhawatirkan perihal biaya transfusi darah. Pasalnya, biaya sebesar Rp 4 juta untuk satu kantong darah itu tidak ditanggung oleh siapa pun.

Terlebih lagi, transfusi darah diperkirakan membutuhkan hingga 40 kantong darah. Linda menyebutkan, mereka butuh dana sebesar Rp 150 juta untuk kebutuhan darah, susu, dan check-up pasca-operasi nanti. Uang itu akan digunakan sebelum dan sesudah operasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com