Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas HAM: Ketakutan terhadap PKI Itu Riil atau Ilusi?

Kompas.com - 12/05/2016, 20:37 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komnas HAM Imdadun Rahmat menganggap, belakangan ada ketakutan yang berlebihan atas isu bangkitnya lagi paham komunis.

Polisi tengah gencar menertibkan penjual kaus berlambang palu dan arit, buku-buku mengenai Partai Komunis Indonesia (PKI), hingga membubarkan forum diskusi atau pemutaran film. Padahal, kata Imdadun, belum ada bukti nyata bahwa paham komunis kembali.

"Pertanyaannya, ketakutan itu beralasan atau tidak? Ketakutan PKI itu riil atau ilusi?" ujar Imdadun di Jakarta, Kamis (12/5/2016).

Menurut Imdadun, para ahli hukum pun menyatakan bahwa PKI sudah "bangkrut". Masanya telah berakhir sejak lama. Kalaupun masih ada sisa-sisa saksi hidup G30S, dampaknya tidak besar bagi Indonesia.

"Tanda-tanda faktual bahwa PKI bangkit kok kayaknya jauh. Suasana ketakutan ini tidak sehat karena ketakutan ini membuat kita jadi mundur lagi dari langkah yang sudah beberapa step dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan kasus '65, rekonsiliasi," kata dia.

(Baca: Istana Buka Suara soal Awal Mula Maraknya Penyitaan Atribut PKI)

Imdadun khawatir, nantinya ketakutan ini akan berkembang, sementara tidak ada upaya pemerintah untuk meredamnya.

Semestinya, pemerintah menenangkan masyarakat dan menjelaskan bahwa tak perlu ada yang ditakutkan dari isu kebangkitan PKI.

"Itu harus menjadi kewajiban pemerintah agar suasana lebih terbangun positif ke depan. Kalau ketakutan terhadap kelompok kiri ini terus dibiarkan berlangsung, rekonsiliasi akan macet," kata Imdadun.

(Baca: Presiden Minta Aparat Tidak Kebablasan Tindak Simbol PKI)

Imdadun pun menganggap penertiban polisi terhadap hal-hal berbau PKI tampak berlebihan.

Semestinya, penegak hukum menjelaskan secara detail mengenai penyebaran dan pengembangan paham komunisme, Marxisme, dan Leninisme dengan lebih konkret terkait normanya.

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 yang menjadi dasar pelarangan paham komunis pun dianggap mengandung pasal karet. Belum dijelaskan secara spesifik, apa yang dikategorikan sebagai tindakan berbau komunis.

Hal ini menciptakan kesan seolah apa pun yang berkaitan dengan PKI, sekalipun forum diskusi, harus ditertibkan.

"Jangan jadikan larangan ini seperti jaring pukat harimau. Semua yang dianggap ikan digaruk, padahal ada batu, ada karang, akhirnya laut rusak semua," kata Imdadun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com