JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden RI Joko Widodo memanggil Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan ke Istana, Senin (25/4/2016) pagi.
Luhut mengaku, salah satu topik pembicaraan antara dirinya dan Presiden ialah terkait nama Luhut yang tercantum dalam dokumen "Panama Papers".
"Sudah (bicara dengan Presiden) tadi," ujar dia seusai pertemuan.
Luhut enggan mengungkapkan respons Presiden terkait hal itu. Namun, dia meyakini laporannya kepada Presiden tidak akan menuai permasalahan.
"Baca saja (laporan) sendiri ya. Enggak ada masalah kok," ujar Luhut.
Ada momen unik ketika Luhut keluar dari pintu belakang Istana dan dicegat wartawan. Ia berlari kecil ke arah mobil menghindari wawancara wartawan. Luhut sempat meladeni beberapa pertanyaan wartawan hingga ia mengakhirinya.
"Saya sudah ditunggu pesawat ini. Sudah ya," ujar Luhut.
Sebelumnya, berdasarkan investigasi majalah Tempo, nama Luhut tercantum dalam Panama Papers, dokumen firma hukum asal Panama Mossack Fonseca, yang melayani jasa pembuatan perusahaan cangkang.
Dokumen berisi nama-nama perusahaan cangkang di negara suaka pajak itu bocor dan diinvestigasi oleh lebih dari 100 media di dunia, termasuk Tempo dari Indonesia, di bawah koordinasi International Consortium of Investigative Journalists.
Luhut, berdasarkan investigasi Tempo yang dimuat di majalah itu, tercatat sebagai Direktur Mayfair International Ltd yang terdaftar di Seychelles.
(Baca juga: Luhut Bantah Pimpin Perusahaan Mayfair)
Seperti dilaporkan, saham Mayfair dimiliki oleh PT Buana Inti Energi dan PT Persada Inti Energi. PT Buana memegang 40.000 lembar saham Mayfair, sedangkan PT Persada mengantongi 10.000 lembar saham Mayfair. Tiap lembar saham bernilai 1 dollar AS.
PT Buana Inti Energi ialah salah satu anak perusahaan PT Toba Sejahtra yang didirikan pada 2004 oleh Luhut. Perusahaan ini memiliki empat bisnis inti, yakni batubara, minyak gas, pembangkit listrik, dan agrikultur.