Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/04/2016, 08:59 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Hukum Pidana dari Universitas Indonesia, Teuku Nasrullah menuturkan ada banyak celah dalam tahapan proses penanganan perkara di Kejaksaan.

Dia menyebutkan, praktik transaksi suap kerap kali terjadi untuk membendung suatu perkara di Kejaksaan agar tidak P21 atau berkas penyidik dinyatakan lengkap oleh jaksa. Tahap yang paling sering dijadikan celah transaksi, kata Nasrullah, adalah tahap P19 atau pengembalian berkas perkara untuk dilengkapi.

"(Celahnya) di P19 sehingga tidak bisa P21. Dalam praktik itu sering sekali terjadi (suap)," ujar Nasrullah saat dihubungi, Selasa (12/4/2016).

Untuk menghindari fenomena tersebut terus terjadi, Nasrullah yang juga anggota tim penyusun RUU KUHAP mengatakan, penyidik bisa segera melapor kepada Kejaksaan dan memberitahukan bahwa dia sedang menyidik sebuah perkara saat Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) turun.

Kejaksaan nantinya akan segera mengirim jaksa untuk melakukan koordinasi dengan penyidik dalam perkara tersebut.

"Sehingga sejak awal, penyidikan yang dilakukan oleh penyidik itu sudah sesuai dengan arahan dari jaksa," kata Nasrullah.

Setelah penyidikan selesai, penyidik mengirim berkas tersebut kepada kejaksaan untuk dinilai.

"Kejaksaan yang dimaksud ini tentu yang akan menjadi penuntut umum dari sisi pengadilan," imbuhnya.

Kemudian, penuntut umum akan mempelajarinya. Jika belum lengkap, dikembalikan lagi kepada penyidik untuk dilengkapi. Namun hanya satu kali.

Setelah penyidik melengkapi, dikirimkan kembali ke kejaksaan. Adapun jika menurut kejaksaan masih belum lengkap, maka kejaksaan akan melengkapinya sendiri.

"Tidak boleh dibalikkan lagi sehingga tidak ada lagi bolak-balik perkara," tutur Nasrullah.

Belakangan ini, kejaksaan banyak disorot pasca-Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan sejumlah Operasi Tangkap Tangan (OTT). Terakhir, dalam OTT-nya KPK menetapkan lima orang tersangka, satu di antaranya merupakan Jaksa yang bertugas di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, Fahri Nurmallo.

(Baca juga: Operasi Tangkap Tangan KPK dan Percobaan Penyuapan Jaksa)

Beberapa waktu lalu, KPK juga melakukan OTT dan menetapkan tiga orang tersangka untuk kasus dugaan suap terkait penghentian perkara di Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Untuk kasus ini, KPK masih mendalami keterlibatan oknum Kejati DKI.

 

Kompas TV Inilah Daftar Jaksa yang Tersangkut Korupsi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com