Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pejabat Publik Gagal Jalankan Revolusi Mental

Kompas.com - 03/04/2016, 19:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Munculnya surat permintaan fasilitas saat melakukan kunjungan luar negeri adalah bentuk kegagalan pejabat publik memahami visi revolusi mental pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Sikap tersebut juga menunjukkan mentalitas para pejabat muda yang masih memelihara sifat patrimonial.

Menurut Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris, pola pikir patrimonial masih sangat kental dimiliki pejabat publik, baik di kalangan eksekutif maupun legislatif.

Padahal, Presiden Jokowi melalui revolusi mental menginginkan pejabat publik yang melayani rakyat, bukan lagi berharap dilayani.

"Presiden sudah mencontohkan hal itu dengan membuktikan anak-anaknya tidak memanfaatkan jabatannya. Tetapi, pejabat lain masih menunjukkan mental birokrasi feodal," ujar Haris di Jakarta, Sabtu (2/4).

Oleh karena itu, Haris berharap semua instansi berbenah memperbaiki mentalitas pejabatnya.

Di sisi lain, ia berharap Presiden dan pimpinan instansi dapat mengoreksi langsung para pembantu dan anggotanya yang masih mempertahankan mentalitas lama, yaitu ingin selalu dilayani dan menyalahgunakan jabatan.

"Iklim politik kita mengalami kemunduran karena sifat patrimonial itu justru diterapkan pejabat publik yang cenderung masih muda," katanya.

Kamis (31/3) lalu, beredar surat dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) yang meminta Konsulat Jenderal RI di Sydney, Australia, menyediakan akomodasi dan transportasi bagi anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Hanura, Wahyu Dewanto Suripman dan keluarganya selama berada di Australia.

Surat serupa juga dikirimkan anggota Komisi I DPR dari Fraksi Gerindra, Rachel Maryam Sayidina, yang ditujukan kepada Duta Besar RI untuk Perancis.

Terkait surat itu, Menteri PAN dan RB Yuddy Chrisnandi dengan tegas membantah bahwa surat itu terbit atas seizinnya.

Ia menyalahkan Sekretaris Kementerian PAN dan RB Dwi Wahyu Atmaji yang menandatangani dan mengirimkan surat tersebut.

Sementara Rachel Maryam mengaku mengirimkan surat tersebut. Namun, ia menolak disebut meminta fasilitas selama berkunjung ke Paris.

"Surat itu benar saya yang buat untuk permintaan dicarikan kendaraan. Namun, semua konsekuensi biaya perjalanan selama di Paris saya tanggung sendiri," ujar Rachel.

Budaya malu

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

Nasional
PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

Nasional
Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Nasional
Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Nasional
Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Nasional
Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Nasional
Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Nasional
TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

Nasional
Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Nasional
Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Nasional
Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

Nasional
Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Nasional
Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Nasional
Wapres Kunker ke Mamuju, Saksikan Pengukuhan KDEKS Sulawesi Barat

Wapres Kunker ke Mamuju, Saksikan Pengukuhan KDEKS Sulawesi Barat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com