Pengamat terorisme dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya berharap, di bawah Tito, BNPT mau mendengarkan kritik dan masukan dari berbagai elemenn di Indonesia terkait upaya pemberantasan terorisme.
"Sebab di dalam BNPT, bukan sekumpulan malaikat yang tidak bisa salah. Tapi juga sosok-sosok manusia yang sangat berpeluang untuk melakukan kesalahan dalam merumuskan kebijakan strategi kontraterorisme sekaligus implementasinya," ujar Harits, di Jakarta, Rabu (16/3/2016).
Menurut dia, BNPT perlu menerapkan asas transparansi dan akuntabilitas dalam setiap aspek kerjanya.
Apalagi, BNPT dibiayai oleh uang negara. Persoalan yang menjadi sorotan, kata Harits, apakah Tito hanya akan meneruskan tradisi lama atau mampu menghidupkan semangat pendekatan humanis, memerhatikan etika, adat, dan norma agama dalam setiap kerja kontra-terosrisme.
"Setiap jabatan itu amanah dan selalu ada pertanggungjawaban dunia dan akherat. Apalagi jika berkaitan dengan darah manusia," ujar Harits.
Tito dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Kepala BNPT di Istana Negara, Rabu pagi. Ia menggantikan Komjen (Pol) Saud Usman Nasution yang dimutasi menjadi perwira di Bareskrim Polri karena akan memasuki masa pensiun.
Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti yakin dengan pengalaman yang dimiliki, Tito akan sukses di BNPT.
"Tantangan pemberantasan terorisme makin banyak memang. Salah satunya ya di internal itu (transparansi dan akubtabilitas). Saya pikir, dari sisi kompetensi, pengalaman, Pak Tito cukup mumpuni melaksanakan hal itu," ujar Badrodin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.