Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Anggota Komisi III Saling Tuding...

Kompas.com - 27/11/2015, 15:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Sepak terjang KPK selama 13 tahun terakhir telah menumbuhkan kesadaran rakyat akan pentingnya lembaga itu dalam membangun Indonesia yang bersih dari korupsi. Namun, kini Komisi III DPR terus menunda proses seleksi calon pimpinan KPK sehingga mengancam apa yang jadi keinginan rakyat terhadap komisi itu.

Fenomena ini, antara lain, terlihat di rapat pleno Komisi III DPR, Rabu (25/11/2015), di Kompleks Parlemen, Jakarta. Rapat itu dinanti karena dapat jadi penentu sikap Komisi III, yaitu melanjutkan tahapan seleksi capim KPK ke uji kelayakan dan kepatutan atau menolak dan mengembalikan berkas 8 capim KPK hasil seleksi panitia seleksi yang dibentuk pemerintah.

Rapat tertutup yang dimulai sekitar pukul 19.30 itu dipimpin Ketua Komisi III dari Fraksi Partai Golkar Aziz Syamsuddin. Sekitar pukul 21.00, rapat diakhiri dengan kesimpulan menunda rapat pleno pengambilan keputusan seleksi capim KPK sampai Senin (30/11).

Rapat juga ditutup dengan perjanjian bersama bahwa informasi terkait rapat berasal dari satu pintu, yaitu dari Aziz, yang segera menggelar jumpa pers.

Meski rapat telah ditutup, sekitar pukul 21.30 masih ada sejumlah pemimpin dan anggota Komisi III yang berbincang-bincang di depan Gedung Nusantara II. Mereka antara lain Desmond J Mahesa dan Sufmi Dasco Ahmad (keduanya dari Fraksi Partai Gerindra), Masinton Pasaribu (PDI-P), Ikhsan Soelistyo (PDI-P), Benny K Harman (Demokrat), dan Arsul Sani (PPP).

Mereka lalu berbicara tentang proses yang berlangsung selama rapat tertutup. Desmond mengatakan, ada dua fraksi yang meminta pengambilan keputusan ditunda hingga Senin, yaitu PDI-P dan PAN. Sufmi menambahkan, Fraksi Nasdem juga minta penundaan.

Namun, Masinton membantah pernyataan Desmond. Wakil Ketua F-PDIP Arif Wibowo bahkan mengatakan, fraksinya menginginkan seleksi capim KPK segera dilanjutkan dengan uji kelayakan dan kepatutan.

Akbar Faisal dari Fraksi Nasdem juga membantah pernyataan Sufmi. "Semua fraksi sama sikapnya. Memang masih ada beberapa hal yang perlu dibicarakan di tiap fraksi," katanya.

Sementara itu, Daeng Muhammad dari PAN tidak membantah bahwa fraksinya meminta penundaan. Namun, itu karena ada fraksi yang belum tuntas membahas masalah capim KPK di internal fraksinya.

Nasir Djamil dari Fraksi PKS membantah informasi yang beredar bahwa fraksinya sempat minta berkas capim KPK dikembalikan ke pemerintah. Ia menyatakan, fraksinya justru minta uji kelayakan dan kepatutan diagendakan pekan ini.

Terlepas dari apa yang sebenarnya terjadi di rapat pleno tertutup, acara itu telah memutuskan menunda rapat pleno terkait pengambilan keputusan seleksi capim KPK.

Keputusan itu membuat pemilihan capim KPK kembali molor sehingga berpotensi mengancam masa depan komisi itu. Pasalnya, pimpinan KPK periode ini akan mengakhiri tugasnya pada 16 Desember 2015.

Penundaan seleksi capim KPK ini sebenarnya telah terlihat dilakukan Komisi III sejak nama delapan capim KPK diterima DPR. Saat itu, sejumlah isu dan masalah dimunculkan di DPR, mulai dari tiadanya calon yang berlatar belakang jaksa, adanya calon yang tidak berlatar pendidikan sarjana hukum, hingga persoalan administrasi.

Berbagai pertanyaan itu jadi terasa aneh jika melihat isi Pasal 30 Ayat 10 UU KPK yang secara tegas menyebutkan, DPR wajib menindaklanjuti usulan Presiden, dengan memilih dan menetapkan capim KPK.

Dengan keanehan itu, rakyat sebenarnya dapat dengan mudah memahami apa yang sebenarnya diinginkan Komisi III, dan mungkin DPR secara umum, terhadap KPK. (AGE/NTA/APA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 November 2015, di halaman 2 dengan judul "Saat Anggota Komisi III Saling Tuding...".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com