Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Wilayah Paling Rawan Politik Uang Saat Pilkada

Kompas.com - 18/11/2015, 17:18 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Daniel Zuchron memprediksi, dalam dua minggu ke depan, pilkada akan lebih ekspansif, terutama dalam konteks politik uang.

"Bulan sebelumnya kampanye dianggap sangat sepi. Nah, kita bayangkan ke depan akan ekspansif, termasuk juga dalam konteks uang," kata Daniel di Media Center Bawaslu Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (18/11/2015).

Daniel memaparkan, dari hasil temuan Bawaslu hingga Selasa (17/11/2015) kemarin, dari sembilan daerah yang mengadakan pemilihan gubernur, Bengkulu adalah daerah yang TPS-nya paling rawan politik uang, yaitu 1.102 TPS.

Adapun secara berurutan, TPS yang paling rawan politik uang adalah Kepulauan Riau (986 TPS), Kalimantan Utara (819 TPS), Sulawesi Utara (712 TPS), dam Sumatera Barat (425 TPS).

Menurut Daniel, indikator kerawanan dalam TPS adalah daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi, daerah dengan aksesibilitas informasi dan transportasi minim, serta daerah dengan pertumbuhan penduduk tidak wajar.

Selain itu, indikator kerawanan termasuk untuk daerah bencana alam, daerah yang kultur sosialnya sering terjadi konflik dan kekerasan, daerah yang daftar pemilih tetapnya lebih tinggi dari jumlah penduduk, dan daerah langganan kecurangan pemilu.

Sementara itu, dari 260 kabupaten/kota yang ikut serta dalam pilkada serentak 9 Desember 2015, sedikitnya ada dua daerah yang dinilai rawan dalam aspek politik uang dan tiga daerah yang cukup rawan.

Menurut Daniel, daerah yang paling rawan adalah Sulawesi Tengah dengan variabel Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) 3,5 atau masuk kategori rawan dan Jawa Barat (3,3).

Sementara itu, tiga daerah yang cukup rawan politik uang yaitu Banten (3,0), Kalimantan Utara (3,0), dan Nusa Tenggara Barat (3,0).

Daniel menuturkan, tingginya variabel politik uang akan menyebabkan makin tingginya potensi pemberian uang atau materi lainnya menjelang dan pasca-pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara serta kerawanan keterlibatan aparatur negara.

Karena itu, menurut Daniel, pihaknya akan melakukan antisipasi di tingkat hulu.

Salah satunya dengan memperketat administrasi kampanye minimal dengan menghindari adanya pergerakan-pergerakan tim kampanye yang membabi buta dan jor-joran.

Di samping itu, Daniel menambahkan, akan dilakukan pula pengawasan ketat serta bekerja sama dengan pihak keamanan.

"Secara teknis bisa kita siasati dengan pengawasan yang berbasis seperti pagar betislah," kata Daniel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com