Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNP2TKI : Malaysia Setuju Biaya Pengurusan Dokumen TKI Dibebankan ke Majikan

Kompas.com - 18/09/2015, 19:09 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nusron Wahid menyatakan bahwa Pemerintah Malaysia telah setuju untuk membebankan biaya pengurusan dokumen tenaga kerja Indonesia tujuan Malaysia kepada majikan. Nusron telah berbicara dengan Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi yang bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres Jakarta, Jumat (18/9/2015).

"Ini semua dibebankan ke TKI tapi gaji enggak naik, beban ongkos terus naik. Akhirnya waktu saya ngomong ke Wakil PM Malaysia untuk menghapus beban ongkos ini, mereka bilang tidak bisa. Kalau tidak bisa, maka saya minta dibebankan ke user atau majikan di sana, jangan dibebankan ke TKI. Mereka setuju," kata Nusron di Istana Wakil Presiden Jakarta, Jumat.

Menurut Nusron, sebelum berangkat ke Malaysia, para TKI dibebankan biaya tambahan kurang lebih 420 ringgit. Biaya tambahan itu terdiri dari biaya pengurusan visa, ISC finger screen, dan biaya pemeriksaan kesehatan. Ia lalu mencontohkan biaya pengurusan visa yang menurutnya meningkat jauh dibandingkan sebelumnya.

Mulanya, TKI mengurus visa ke kedutaan dengan biaya kurang lebih 15 ringgit. Namun, pemerintah Malaysia telah mengubah aturan terkait kepengurusan visa. Dengan demikian, para TKI tidak lagi mengurus visanya melalui kedutaan melainkan lewat suatu perusahaan swasta. Biaya yang dibebankan pun menjadi 220 ringgit.

Terkait ISC finger screen, kata Nusron, para TKI sebelum berangkat ke Malaysia diwajibkan memakai finger screen yang biaya pencetakannya kurang lebih 80 ringgit.

"Kalau kita keluar negeri, biasa ada ISC finger screen (pindai sidik jari). Mereka finger print (sidik jari) tidak dibuka di sana, tapi sudah di sini. Sebelum berangkat wajib pakai finger screen ini, 80 ringgit untuk cetak finger print," kata Nusron.

Belum lagi biaya tes kesehatan yang dibebankan TKI ketika sampai di Malaysia. Kadang-kadang, kata Nusron, para TKI terpaksa kembali ke Tanah Air jika dinyatakan tidak fit setelah melalui pemeriksaan kesehatan di Malaysia.

"Dibuat sistem best to net itu, TKI sebelum berangkat masuk di sistem ini di balai kesehatan dan harus sama di balai kesehatan di sana. Bayarnya 120 ringgit, uang lagi," tutur Nusron.

Atas dasar itu, Nusron juga mengusulkan kepada Pemerintah Malaysia agar membuat sistem satu pintu terkait pengurusan beban masuk TKI. Sistem satu pintu ini diharapkan mempermudah mekanisme kontrol atas kemungkinan adanya agen yang nakal dalam memproses administrasi masuknya TKI ke Malaysia. Namun, menurut Nusron, Wakil Perdana Menteri Malaysia belum memberikan jawaban atas usulnya ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com