Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Terobosan, Menteri Puan Dianggap Paling Layak Diganti

Kompas.com - 21/06/2015, 17:23 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Para pekerja profesional yang bekerja di kawasan Jalan Sudirman, Kuningan, dan Thamrin, Jakarta, menilai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani sebagai menteri yang paling layak diganti oleh Presiden Joko Widodo. Puan dianggap tidak membuat terobosan dalam kerjanya.

Hal ini terungkap dalam survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi) yang dilakukan pada 26 Mei hingga 3 Juni 2015.

"Di bidang pembangunan manusia, 59,6 responden menginginkan Puan di-reshuffle. Puan tidak disukai karena tidak ada terobosan dan kebijakan selama dia jadi menteri, padahal dia Menko," kata juru bicara Kedai Kopi, Hendri Satrio, dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (21/6/2015).

Dalam survei itu, para menteri lain di bidang pembangunan manusia masih mendapat dukungan yang cukup luas dari publik. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar, misalnya, mendapat dukungan dari 61,6 persen responden agar tetap bertahan di posisi tersebut.

Sementara itu, 50,8 persen responden menganggap Menko Bidang Perekonomian Sofyan Djalil juga layak diganti. Sebagai menteri koordinator, Sofyan dianggap bertanggung jawab atas melemahnya kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Sebanyak 42,8 persen responden juga menyatakan perlunya penggantian posisi Menteri Perdagangan Rachmat Gobel.

"Mungkin ini karena efek dari impor beras kemarin," kata Hendri yang juga pengamat politik Universitas Paramadina itu.

Adapun di bidang politik, hukum, dan keamanan, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly paling disorot sebagai menteri yang layak diganti. Sebanyak 52,4 persen responden menyatakan hal itu. Politisi PDI-P itu dianggap bertanggung jawab atas kisruh partai politik yang berkepanjangan.

Selain Yasonna, sebanyak 47,6 persen responden mengharapkan penggantian Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdjiatno. "Selain dianggap bertanggung jawab dengan kondisi politik yang tidak stabil, Tedjo juga banyak dikritik karena berbagai pernyataannya, seperti yang menyebut rakyat tidak jelas beberapa waktu lalu," kata Hendri.

Survei ini diikuti oleh 250 responden pekerja profesional yang bekerja di kawasan Sudirman, Thamrin, dan Rasuna Said. Pemilihan sampel dilakukan metode purposive sampling. Responden dipilih berdasarkan karakteristik tertentu, di antaranya berpenghasilan di atas Rp 5 juta, mempunyai mobil, memilih latar belakang pekerjaan di salah satu unit, seperti perbankan, akuntan, dan memiliki jabatan sekurang-kurangnya asisten manajer. Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Bingung Mau Siapkan Jawaban

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Bingung Mau Siapkan Jawaban

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com