Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Islah Golkar Terganjal Perebutan Jabatan Ketua Umum

Kompas.com - 23/05/2015, 19:26 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Islah kedua kubu di Partai Golongan Karya (Golkar) sepertinya belum akan terwujud dalam waktu dekat. Soalnya, kedua kubu yaitu kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono sama-sama ingin mendapatkan jabatan ketua umum jika islah dilakukan.

Wacana islah ini dijajaki Aburizal dengan bantuan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Sebagai senior Golkar yang saat ini memegang jabatan penting di pemerintahan, Kalla diyakini mampu mempersatukan Golkar. Aburizal pun menyatakan siap mengalah demi partai berlambang pohon beringin itu agar dapat mengikuti pemilihan kepala daerah serentak yang tak lama lagi akan dimulai.

Namun dia tidak mau melepas jabatan ketua umum. Kubu Aburizal beralasan, surat keputusan Menteri Hukum dan HAM yang mengesahkan kubu Agung sudah dibatalkan Pengadilan Tata Usaha Negara. Oleh karena itu, islah harus menggunakan Munas Riau 2009 atau Munas Bali dengan Ketua Umum Aburizal Bakrie dan Sekjen Idrus Marham.

"Acuannya adalah Munas Riau atau Munas Bali. Munas Ancol tidak mungkin karena sudah dibatalkan (oleh pegadilan)," kata Idrus di kantor KPU, Jumat (22/5/2015).

Kubu Agung Laksono sebenarnya menyambut baik usulan islah yang ditawarkan Aburizal. Namun mereka juga tetap ingin Agung yang menjabat sebagai ketua umum. Kubu Agung berpendapat, SK Menkumham yang mengesahkan kubunya, hingga saat ini masih berlaku. Sebab, Agung dan Menkumham sudah mengajukan banding atas putusan pengadilan yang membatalkan SK itu.

"Kami sangat menyambut islah dengan catatan bahwa acuannya SK Kemenkumham, sebagaimana merujuk pada UU Partai Politik dimana saat ini Ketua Umumnya adalah Agung Laksono dan Zainudin Amali sebagai Sekjen," kata Ketua DPP Golkar kubu Agung, Ace Hasan Syadzily, Sabtu (23/5/2015).

Setengah Hati

Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro berpendapat, islah yang diinginkan kedua kubu masih setengah hati. Di satu sisi, kedua kubu ingin islah untuk dapat mengikuti pilkada serentak. Namun di sisi lain, kedua kubu tidak ada yang mengalah dan masih mementingkan jabatan.

“Jangan sampai islah itu hanya setengah hati. Apalagi hanya untuk kepentingan pilkada," kata Siti.

Menurut Siti, islah harus lebih didasari oleh kesamaan pandangan ideologi dalam membangun partai politik yang kuat dan sehat. Jika hanya didasari oleh kepentingan politik, dia meyakini Golkar akan mudah tercerai-berai kembali. "Kalau cuma agar bisa ikut pilkada, islah ini sangat transaksional,” ujar Siti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com