Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW: Lebih Baik Ahok Bicara Kasar, tetapi Mau Berantas Korupsi

Kompas.com - 25/03/2015, 18:49 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Indonesia Corruption Watch tak terlalu mempermasalahkan sikap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama yang kerap berkata kasar merespons persoalan dengan DPRD DKI Jakarta. Peneliti ICW, Firdaus Ilyas, menilai, meski kerap berkata kasar, Ahok menunjukkan keinginan yang kuat untuk memberantas korupsi dan membela hak-hak rakyat.

"Saat melihat Ahok, biarpun dia keras dan cenderung berkata tidak sopan, tapi dia mau berantas korupsi dan mau bela uang rakyat yang mau dicuri itu. Masyarakat sudah bosan dengan citra. Masyarakat melihat jauh lebih baik bicara kasar, tetapi kerjanya jelas bela hak rakyat," kata Firdaus saat dihubungi, Rabu (23/3/2015).

Hal tersebut disampaikan Firdaus menanggapi komentar pengamat politik Emrus Sihombing yang mengomentari sikap Ahok yang mengeluarkan "bahasa toilet" saat wawancara di Kompas TV. Dia mengatakan, komunikasi yang tidak beretika seperti itu justru jauh lebih berbahaya daripada koruptor. (Baca: "Komunikasi Tidak Beretika Lebih Berbahaya daripada Koruptor")

"Sudut pandang ahli itu kami pertanyakan. Masyarakat juga sudah cukup cerdas dalam melihat perjuangan Ahok dalam membela hak-hak rakyat Jakarta yang dirampas oleh oknum 'begal' APBD di Jakarta," ujar Firdaus.

Menurut Firdaus, justru sosok yang paling berbahaya di mata publik, khususnya masyarakat Jakarta, adalah pejabat yang terlihat santun dan selalu berkata sopan, tetapi mencuri uang rakyat. ICW, lanjut Firdaus, juga mempertanyakan langkah DPRD DKI Jakarta yang saat ini mengubah hak angket ke ranah etika Ahok. Padahal, awalnya, fungsi hak angket atau hak menyelidiki itu untuk mencari penyelewengan kebijakan dan korupsi APBD Jakarta.

"Kalau bicara etika memang abstrak. Jadi, ya Dewan sebaiknya cukup berikan peringatan atau rekomendasi karena dampaknya ya lebih bahaya korupsi dibanding etika," kata Firdaus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com