Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Papuan Brotherhood: Kenapa Prabowo-Hatta Persoalkan Noken?

Kompas.com - 07/08/2014, 17:54 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Warga Papua, yang mengatasnamakan Papuan Brotherhood, mempertanyakan mengapa kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mempersoalkan sistem noken dalam Pemilu Presiden 2014. Mereka menganggap tidak ada yang salah dengan sistem noken.

"Apa yang salah dengan sistem noken? Kenapa kubu Prabowo mempermasalahkan itu?" ujar Ramses Wally, Juru Bicara Papuan Brotherhood, kepada Kompas.com di Balaikota, Jakarta, Rabu (7/8/2014) siang.

Ramses mengatakan, sistem noken di dalam pemungutan suara telah sah, baik secara adat maupun peraturan perundangan. Sebab, sistem pemungutan suara melalui noken telah diakui Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Sebelumnya, MK dalam putusannya tahun 2009 memberikan pengakuan terhadap penggunaan noken sebagai sarana pemilihan umum di wilayah pedalaman Provinsi Papua. MK berargumen sistem itu menyeimbangkan pemilu yang langsung umum bebas dan rahasia dengan kearifan lokal setempat.

Atas dasar itu, lanjut Ramses, pihaknya menunggu keputusan MK soal gugatan hasil Pilpres 2014 yang diajukan kubu Prabowo-Hatta. Jika MK menyalahkan sistem noken nantinya, Ramses menilai MK tidak konsisten dalam hal menerapkan aturan.

"Tidak apa-apa kalau (kubu Prabowo-Hatta) mempersoalkan sistem noken. Kalau itu MK kabulkan, berarti pemilu sebelum-sebelumnya juga tidak sah," lanjut Ramses.

Papuan Brotherhood adalah jaringan warga Papua. Anggotanya terdiri dari banyak unsur, baik pekerja PT Freeport, lembaga swadaya masyarakat, masyarakat adat, hingga warga biasa. Kedatangan perwakilan Papuan Brotherhood ke kantor Balaikota ialah untuk bertemu dengan presiden terpilih Joko Widodo.

Sebelumnya, tim hukum Prabowo-Hatta mempertanyakan sistem noken di wilayah Papua Barat. Masalah perolehan suara di Papua Barat itu masuk dalam berkas gugatan yang diajukan tim Prabowo-Hatta ke MK.

"Penggunaan sistem noken di Papua Barat, apa masih perlu dilakukan seperti itu? Bangsa ini telah merdeka sekian puluh tahun," ujar anggota tim hukum Prabowo-Hatta, Maqdir Ismail.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Nasional
Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Nasional
Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Nasional
Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Nasional
PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

Nasional
Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Nasional
Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com