JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Polcomm Institute Heri Budianto menilai, bakal calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Joko Widodo alias Jokowi tetap sulit dikalahkan meskipun Partai Gerindra dan Partai Golkar bersatu dengan mengusung duet Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie alias Ical. Menurutnya, gabungan kedua tokoh itu tidak akan berdampak secara signifikan.
"Tetap berat, sing ada lawan lah Jokowi, mau Prabowo dan Ical duet juga tetap berat," kata Heri saat dihubungi Kompas.com, Selasa (6/5/2014) siang.
Heri menjelaskan, saat ini elektabilitas Ical sebagai calon wakil presiden belum pernah diuji oleh survei. Ia memprediksi, elektabilitas Ical tidak akan berbeda jauh, baik sebagai capres ataupun cawapres.
"Artinya elektabilitas dia akan sama rendahnya ketika jadi capres, jadi tidak bisa bersaing," ujar Heri.
Sementara itu elektabilitas Prabowo sendiri, meski lebih tinggi dibanding Ical, tetap kalah jauh dibandingkan elektabilitas Jokowi. Dia pun memprediksi, elektabilitas kedua tokoh ini tidak akan banyak berubah meski keduanya diduetkan.
Apalagi, lanjut dia, Jokowi tidak akan sembarangan dalam memilih pasangan cawapres. Dia memprediksi, siapa pun yang dipilih Jokowi nanti mampu meningkatkan elektabilitas pasangan itu secara signifikan.
"Jokowi dipasangkan dengan JK (Jusuf Kalla) elektabiltasnya akan tinggi. Jokowi dipasangkan dengan Mahfud juga begitu. Menurut saya, masih sulit lah bagi pasangan ini (Prabowo-Aburizal) mengalahkan pasangan Jokowi," pungkasnya.
Sebelumnya, Ical bertemu dengan Prabowo di Hambalang, Bogor. Seusai pertemuan, Ical menyatakan tidak keberatan jika kelak menjadi bakal cawapres mendampingi Prabowo. Menurut dia, jabatan presiden atau wapres hanya instrumen yang tak perlu diributkan.
"Saya enggak keberatan (jadi cawapres), Pak Prabowo juga enggak keberatan," kata Ical seusai menemui Prabowo di Hambalang, Bogor, Senin siang.
Ical mengatakan, sudah menemukan kesepakatan mengenai sikap politik dalam menghadapi pemilu presiden. Meski tidak disebutkan secara gamblang, sinyal koalisi kedua partai itu semakin kuat. "Mau di nomor satu, nomor dua, enggak masalah. Posisi presiden dan wakil presiden hanya instrumen untuk mewujudkan kebaikan bangsa, kebaikan negara," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.