JAKARTA, KOMPAS.com — Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengakui, jam tangan yang dikenakannya bermerek Richard Mille. Ia mengatakan, jam tangan tersebut sangat mahal, tetapi ia membelinya dengan harga jauh lebih murah.
Menurut Moeldoko, di pasaran, harga tipe jam tangan yang dikenakannya mencapai lebih dari Rp 1 miliar.
Saat konferensi pers pelaksanaan Sidang Phipindo (Filipina-Indonesia) Military Corporation di Hotel Borobudur, Moeldoko dengan bergurau akan melepaskan jam tangan tersebut jika ada yang berani membelinya Rp 5 juta.
"Sebuah jam yang dijual di pasaran harganya yang asli Rp 1 miliar lebih, tetapi saya bisa membeli Rp 5 juta," ujar Moeldoko, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (23/4/2014).
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu mengaku memiliki alasan mengapa ia mengenakan jam tangan mahal. Menurut Moeldoko, jam tangan tersebut melambangkan inovasi. Dengan mengenakannya, Moeldoko selalu teringat inovasi.
"Kenapa saya pakai ini? Setelah saya baca komentar-komentar itu ada sedikit perbedaan persepsi. Kenapa saya membeli jam ini? Dengerin dulu. Ini pelajaran bagi kita karena jam ini adalah jam yang sangat mahal, tetapi dijual sangat murah. Kenapa saya beli? karena ketika saya melihat jam ini, yang ada dalam pikiran saya adalah innovation, innovation. Inovasi dan inovasi," ujar pria asal Kediri, Jawa Timur, itu.
Ia tidak menjelaskan lebih lanjut dari mana mendapatkan jam tangan tersebut, apakah jam tangan asli yang dibelinya dengan harga jauh lebih murah, atau jam tangan asli tetapi palsu yang banyak beredar di masyarakat?
Jam tangan Moeldoko disorot media Singapura pada awal pekan ini karena nilainya yang dianggap fantastis. Bahkan, Moeldoko disebut memiliki lebih dari satu jam mewah.
Moeldoko menjadi figur yang diperbincangkan sejak artikel kontroversial di Strait Times yang menyebut Panglima TNI itu meminta maaf kepada Pemerintah Singapura terkait penamaan kapal perang Usman-Harun. Namun, Moeldoko membantah hal tersebut dan menyebut bahwa media itu salah kutip. Ia mengaku meminta maaf kepada Singapura karena tidak bisa memenuhi permintaan agar tidak menggunakan nama Usman-Harun yang telah final. (Eri Komar Sinaga)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.