Mengutip situs The Millenary yang kali pertama menyoroti jam tangan Moeldoko, Mothership.sg pun berspekulasi lebih jauh tentang bagaimana panglima TNI mendapatkan arloji edisi terbatas itu.
"Bisa jadi dia mendapat varian yang lain, tetapi masih edisi terbatas 45 unit varian jam Asia," tulisnya.
Situs itu pun kembali membahas lebih jauh dalam artikel lain yang dimuat pada 22 April 2014 tentang koleksi jam mewah. Mothersip.sg mengatakan, arloji Richard Mille senilai Rp 1,1 miliar tersebut bukanlah satu-satunya jam yang pernah dipakai Moeldoko.
Moeldoko, tulisnya, juga pernah menggunakan arloji IWC Pilot's Watch Chronograph Top Gun Miramar. Jam mewah yang disebutnya senilai 12.700 dollar AS itu mengambil desain jam tangan pilot usai Perang Dunia II.
Berdasarkan penelusuran situs itu lewat foto-foto Moeldoko, setidaknya ada dua arloji mewah lain yang digunakan Pangdam Siliwangi tersebut.
Situs itu menulis, Moeldoko pernah mengenakan arloji Audemars Piguet Royal Oak Offshore Jarno Trulli Chronograph seharga 38.300 dollar AS. Selain itu, Moeldoko juga pernah memakai arloji Audemars Piguet Millenary senilai 43.000 dollar AS. Meski begitu, situs terlihat ragu.
"Namun bisa jadi, itu adalah arloji Chronograph atau Minute Repeater yang harganya 476.600 dollar AS (sekitar Rp 5,5 miliar)," tulisnya.
Kontroversi Usman Harun
Sorotan atas jam tangan Moeldoko itu muncul tidak lama setelah kontroversi permintaan maafnya kepada Singapura terkait penamaan kapal fregat baru Indonesia, Usman-Harun. Dalam sebuah wawancara dengan televisi berbasis di Singapura, Channel News Asia, Moeldoko meminta maaf untuk pertama kalinya.
Permintaan maaf tersebut mendapat reaksi positif dari Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen. Dia menyatakan, pernyataan Moeldoko penting untuk melanjutkan hubungan antara TNI dengan militer Singapura.
"Saya menyambut permintaan maaf Moeldoko sebagai sikap positif untuk meningkatkan hubungan kerjasama bilateral di antara kedua negara," ucap Ng Eng Hen seperti dilansir The Strait Times, Rabu (16/4/2014).
Belakangan, Moeldoko membantahnya. Dia mengatakan pernyataannya disalahpahami oleh reporter Channel News Asia. Ia pun memaklumi hal tersebut.
"Tidak ada pernyataan minta maaf. Yang saya sampaikan adalah: Maaf, penamaan Usman-Harun sudah menjadi keputusan final bagi kami," tekan jenderal bintang empat itu.
Usman dan Harun adalah dua anggota Korps Komando Operasi (KKO) TNI AL yang meledakkan Gedung MacDonald House di Orchard Road pada tahun 1965 saat Dwikora perintah Presiden Soekarno berkobar. Kedua orang tersebut dihukum mati, kemudian jasadnya dibawa ke Tanah Air. Mereka dianggap sebagai pahlawan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.