Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei "Kompas", Hanya Tiga Partai Raup Suara di Atas 10 Persen

Kompas.com - 09/01/2014, 13:24 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tiga survei Kompas yang digelar selama 2012 hingga 2013 mendapatkan hanya tiga partai yang masih bertahan menjadi pilihan lebih dari 10 persen responden hingga akhir 2013. Selebihnya mengakhiri tahun tersebut dengan dukungan di bawah 10 persen dalam serial survei itu.

Ketiga partai itu adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, dan Partai Gerindra. Dari tiga partai itu, Partai Golkar saja yang masih konsisten bertambah dukungan bila pemilu digelar hari ini.

PDI-P mendapat dukungan 13,3 persen responden pada periode pertama survei yang hasilnya diumumkan pada Desember 2012. Capaian partai ini melejit pada periode kedua survei, dengan tambahan dukungan lebih dari 10 persen, mendapatkan dukungan 23,6 persen. Namun, pada survei ketiga, suaranya melorot menjadi 21,8 persen.

Partai Golkar memiliki dukungan yang lebih tinggi daripada PDI-P pada survei pertama, dengan 15,4 persen suara responden. Berbeda dengan PDI-P, tambahan dukungan untuk partai pada survei kedua tidaklah luar biasa, naik menjadi 16 persen. Namun, Golkar terus menambah dukungan, meski tetap tipis saja, menjadi 16,5 persen pada survei ketiga.

Adapun Partai Gerindra mengawali capaian dukungan dalam survei ini dari awalan "menengah". Partai besutan Prabowo Subianto ini hanya meraup dukungan 6,1 persen pada survei pertama. Namun, lonjakan didapat Gerindra pada survei kedua, dengan meraup 13,6 persen suara. Sayangnya, fenomena penurunan suara pun dialami Gerindra seperti halnya PDI-P pada survei ketiga, dengan dukungan yang turun menjadi 11,5 persen suara.

Sembilan partai politik lain yang juga menjadi peserta Pemilu 2014 masih berkutat dengan dukungan suara di bawah 10 persen atau bahkan terjun bebas dari posisi dukungan di atas 10 persen menjadi di bawah 10 persen.

Sebagian partai yang mengakhiri 2013 dengan dukungan responden di bawah 10 persen mencatatkan konsistensi peningkatan suara dalam tiga survei itu. Namun, sebagian yang lain masih berkutat dengan fluktuasi naik-turun di kisaran suara yang tak jauh berbeda.

Partai yang jatuh bebas dari hasil survei pertama di atas 10 persen menjadi di bawah 10 persen adalah Partai Demokrat. Survei pertama masih mendapatkan partai pemerintah ini mendapatkan dukungan 11,1 persen responden.

Demokrat masih mendapat dukungan di atas 10 persen pada survei kedua, tepatnya dengan dukungan 10,1 persen responden. Namun, suara untuk partai ini langsung terjun ke 7,2 persen pada survei ketiga, bahkan lebih rendah daripada hasil pemilu pertama yang diikutinya pada 2004. Keikutsertaan perdana Partai Demokrat di Pemilu 2004 meraup dukungan 7,45 persen suara dan kemudian mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden.

Survei "Kompas"

Rangkaian survei yang digelar harian Kompas menggunakan metode survei longitudinal, yakni meminta pendapat dari responden yang sama. Ketiga survei dilakukan secara tatap muka, dalam tiga periode waktu.

Survei periode pertama yang hasilnya dilansir pada Desember 2012 dilakukan pada rentang 26 November 2012 sampai 11 Desember 2012. Periode kedua, 30 Mei 2013 sampai 14 Juni 2013, dan diumumkan pada Juni 2013. Adapun periode ketiga terlaksana pada 27 November 2013 sampai 11 Desember 2013, diumumkan mulai Rabu (8/1/2014).

Melibatkan 1.380 sampai 1.400 responden dari 34 provinsi di Indonesia, survei menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen dan rentang kesalahan (margin of error) 2,6 persen dalam penarikan sampel acak sederhana.

Hasil survei selengkapnya dapat dibaca di harian Kompas edisi Kamis (9/1/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com