Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peserta Konvensi Demokrat Dinilai Belum Teruji dan Masih Setengah Hati

Kompas.com - 14/11/2013, 16:20 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti senior Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Universitas Paramadina, Herdi Sahrasad, mengatakan bahwa para peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat belum teruji dan setengah hati. Menurutnya, hal itu juga yang akan membuat konvensi tersebut gagal mendongkrak elektabilitas Partai Demokrat yang terus merosot setelah dihantam badai korupsi.

"Para peserta ini belum teruji dan setengah hati, sulit mendongkrak elektabilitas Demokrat," kata Herdi di kantor Founding Fathers House (FFH), Jakarta Selatan, Kamis (14/11/2013).

Herdi menjelaskan, kondisi tersebut juga yang dianggapnya membuat konvensi Demokrat sulit menarik simpati masyarakat. Padahal, seharusnya peserta dan komite konvensi total bekerja untuk meratakan gaung konvensi sampai ke pelosok negeri.

Selain itu, para peserta konvensi juga dianggapnya tak memiliki pengalaman mumpuni dalam berpolitik. Ia menyayangkan tak adanya gagasan besar yang dilontarkan oleh semua peserta konvensi Demokrat.

"Kesannya setengah hati, banyak peserta yang masih menjabat jabatan publik," ujarnya.

Herdi yakin, konvensi hanya mampu menarik perhatian masyarakat kota, sedangkan masyarakat calon pemilih di daerah belum mengetahui mengenai konvensi Partai Demokrat.

Pernyataan Herdi merujuk pada hasil survei yang dilakukan FFH pada 9 Oktober sampai 9 November 2013. Dalam survei tersebut diketahui hanya 24 persen masyarakat pemilih yang mengetahui Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat.

Responden calon pemilih itu mayoritas berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera. Selanjutnya, hanya 10,9 persen responden yang mengetahui bahwa maksud Partai Demokrat melakukan konvensi untuk menjaring calon presiden yang akan diusung pada 2014. Dari 24 persen responden yang mengetahui konvensi, hanya 2,2 persen yang mengetahui bahwa konvensi Demokrat diikuti oleh 11 peserta.

Survei tersebut dilakukan dengan melibatkan 1.070 responden calon pemilih di semua provinsi di Indonesia. Margin of error survei ini diakui sekitar tiga persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Untuk menguatkan hasil survei, FFH melakukan uji kualitas melalui telephone check dan spot check sebesar 20 persen dari total responden. Biaya survei ini mencapai Rp 500 juta dan diklaim berasal dari internal FFH.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com