Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Gandeng Lemsaneg, KPU Membiarkan Diri Terintervensi!"

Kompas.com - 09/10/2013, 08:26 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dewan Perwakilan Rakyat diminta mendesak Komisi Pemilihan Umum membatalkan kerja sama dengan Lembaga Sandi Negara terkait pengamanan data Pemilu. Kerja sama tersebut dikhawatirkan akan membuat KPU kehilangan otoritas sekaligus membiarkan diri terintervensi.

“KPU akan kehilangan kesempatan untuk secara substantif mengontrol proses penghitungan suara. Di tangan Lemsaneg, data pasti akan aman. Pertanyaannya, aman untuk siapa?” ujar Ketua DPP PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira, di Jakarta, Rabu (9/10/2013).

Keberadaan Lemsaneg, kata Andreas, sesuai dengan struktur dan fungsi kelembagaan tidak dirancang untuk tugas pengamanan penghitungan suara pemilu. Payung hukum mengenai struktur, tugas, dan fungsi lembaga ini diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Lembaga Pemerintah Non-Departemen.

Andreas tak menampik Lemsaneg punya kapasitas keilmuan dan pengetahuan yang memadai untuk membantu penyelenggara pemilu. Namun, tegas dia, menyerahkan pengamanan data pemilu kepada lembaga tersebut sama saja membuat KPU kehilangan otoritas, baik struktural maupun fungsional, karena data penghitungan suara secara sistem akan berada di bawah kontrol Lemsaneg.

"(Sementara), Lemsaneg secara struktural dan karakter organisasi, sudah hampir dipastikan akan lebih patuh pada atasannya, yaitu Presiden SBY, yang notabene juga adalah ketua (umum) partai. Lemsaneg akan lebih taat kepada Presiden SBY ketimbang kepada (KPU sebaga) mitra MoU," papar Andreas.

Hilangnya independensi, rusaknya demokratisasi

Lebih lanjut Andreas berpendapat kesepakatan KPU dan Lemsaneg ini akan membuat KPU kehilangan salah satu karakter dasar lembaga penyelenggara pemilu. "Independensi!" sebut politisi yang pernah menjadi anggota DPR di komisi yang membidangi masalah pertahanan, intelijen, luar negeri, serta komunikasi dan informatika ini.

Dalam konteks kesepakatan, lanjut Andreas, KPU telah membiarkan dirinya diintervensi. Implikasi lanjutan dari MoU ini, papar dia, harapan Pemilu 2014 dapat berlangsung jujur dan adil tidak akan terwujud. Proses demokratisasi yang susah payah dibangun, menurut dia rusak oleh kerja sama KPU dan Lemsaneg ini.

Anggaran pemilu pun dipastikan akan membengkak. “Dengan adanya MoU Lemsaneg-KPU ini, akan menjadi alibi bagi Lemsaneg meminta tambahan anggaran untuk penugasan pengamanan (data) Pemilu,” ujar Andreas.

Oleh karena itu, Andreas berpendapat sudah seharusnya DPR mendesak KPU membatalkan kesepakatan yang sudah dibuat dengan Lemsaneg. Dia pun meminta DPR tak memberi ruang penganggaran bagi Lemsaneg dalam APBN maupun APBN-P 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

Nasional
Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

Nasional
Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

Nasional
PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

Nasional
Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

Nasional
Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

Nasional
Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

Nasional
Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

Nasional
Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

Nasional
[POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

[POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

Nasional
Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Nasional
Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Nasional
Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Nasional
Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Nasional
PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com