“Saya tegaskan, anggota itu tidak takut. Saya kasih contoh, Aipda Sukardi. Sampai maut menjemput di perjalanannya, dia jalan terus, tidak takut. Jadi jangan kami diasumsikan takut,” ujar Ronny di Jakarta, Sabtu (14/9/2013).
Ia mengatakan, penembakan yang terjadi pada Aipda Sukardi jangan dilihat dari segi negatifnya. Ronny mengakui, Aipda Sukardi telah menyalahi standar operasi yang ada dengan melakukan pengawasan seorang diri. Namun, Ronny mengatakan, Aipda Sukardi hanya berusaha membantu masyarakat yang meminta pengawalan.
“Kalau dia takut, dia tidak akan pakai baju polisi sampai akhir ajalnya. Kami sudah dilatih, latihan militansinya itu ada. Artinya, tugas melakukan pengawalan terhadap masyarakat yang membutuhkan itu dibenarkan,” katanya.
Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar menyayangkan tidak adanya antisipasi serius dari aparat kepolisian atas kasus penembakan yang terjadi belakangan ini. Menurut Bambang, seharusnya polisi bisa menurunkan pasukan Brimob yang lebih banyak ke sejumlah titik untuk mempersempit ruang gerak pelaku.
Penembakan yang menewaskan Bripka Sukardi, Selasa (10/9/2013), menambah deretan korban penembakan polisi oleh orang tak dikenal dalam dua bulan terakhir.
Dengan kematian Sukardi, empat polisi tewas dan satu polisi yang lain terluka. Selain Sukardi, polisi yang tewas ditembak oleh orang tak dikenal di sekitar Jakarta selama dua bulan ini adalah Aiptu Dwiyatno, Aiptu Kushendratna, dan Bripka Ahmad Maulana. Aiptu Dwiyatno ditembak oleh orang tak dikenal pada 7 Agustus 2013 di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Selang sepekan, tepatnya satu hari sebelum perayaan Hari Kemerdekaan RI, 16 Agustus 2013, Aiptu Kushendratna dan Bripka Ahmad Maulana tewas ditembak di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten.
Sementara, Aipda Patah Saktiyono, seorang anggota polisi yang juga mengalami penembakan, selamat. Penembakan terjadi pada 27 Juli lalu di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Patah adalah anggota Satuan Lalu Lintas Polsek Metro Gambir, Jakarta Pusat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.