Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/07/2013, 22:50 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Penyidikan kasus dugaan penerimaan suap terkait proyek pembangkit listrik tenaga uang (PLTU) Tarahan Lampung diklaim mengalami perkembangan. Kasus ini menjerat anggota Dewan Perwakilan Rakyat Emir Moeis.

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengungkapkan, mutual legal assistance (MLA) atau bantuan hukum timbal balik antarnegara yang diajukan KPK sudah disetujui. Dengan demikian, KPK akan mengirimkan penyidiknya ke negara tersebut untuk melakukan pemeriksaan dalam waktu dekat.

"MLA terhadap salah satu negara sudah disetujui, mungkin dalam waktu dekat akan ada pengiriman penyidik ke negara itu untuk tuntaskan kasus Emir," kata Bambang dalam diskusi media di Jakarta, Jumat (19/7/2013).

Namun, dia tidak menyebut negara yang diajak bekerja sama dengan proses penyidikan kasus dugaan penerimaan suap PLTU Tarahan ini.

Pada Kamis (11/7/2013), KPK menahan Emir di Rumah Tahanan KPK, Kuningan, Jakarta. Politisi PDI Perjuangan ini diduga menerima pemberian hadiah atau janji 300.000 dollar AS dari PT Alstom Indonesia yang merupakan perusahaan pemenang tender PLTU Tarahan.

Emir dijerat dalam kapasitasnya sebagai anggota DPR 1999-2004 dan 2004-2009. Melalui pengacaranya, Yanuar Wasesa, Emir mengaku dapat uang dari seorang warga negara asing yang bernama Pirooz Sarafih. Namun, menurut Emir, uang itu bukanlah suap, melainkan diberikan untuk keperluan bisnis. Pirooz merupakan kawan lama Emir yang dikenal sejak keduanya berkuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat.

Kendati demikian, Yanuar mengakui bahwa Emir pernah bertemu dengan pihak PT Alstom Indonesia di Gedung DPR beberapa waktu lalu. Menurutnya, Pirooz yang membawa PT Alstom ke hadapan Emir. Dalam pertemuan itu, menurut Yanuar, PT Alstom memperkenalkan produknya kepada Emir. Perusahaan asing itu menawarkan harga murah untuk proyek PLTU Tarahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com