Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Perlindungan TKW Masih "Setengah Hati"

Kompas.com - 23/09/2012, 14:06 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) menilai, anggaran yang dialokasikan untuk perlindungan tenaga kerja wanita (TKW) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2013 masih minim. Peneliti Fitra, Salbiah, mengatakan, negara masih setengah hati mengalokasikan anggaran untuk perlindungan perempuan dan anak.

"Alokasi yang ada di beberapa kementerian terkesan hanya asal ada dananya dan hanya sekadar memenuhi kewajiban tanpa melihat proporsi," kata Salbiah dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (23/9/2012).

Menurut dia, minimnya anggaran perlindungan TKW di luar negeri dapat dilihat dari anggaran di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) serta di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

Data yang diperoleh Fitra menyebutkan, alokasi Kemenakertrans untuk kegiatan pembinaan, penempatan, dan perlindungan TKI di luar negeri hanya sebesar Rp 60 miliar atau 1,3 persen dari total angggaran di kementerian tersebut. Itupun, tutur Salbiah, tidak semuanya digunakan untuk perlidungan TKI yang mayoritas perempuan itu.

Alokasi anggaran yang digunakan untuk perlindungan TKI, menurutnya, hanya Rp 4,97 miliar. Sisanya, kata Salbiah, dipakai untuk membiayai kegiatan atase ketenagakerjaan.

Hal serupa terjadi dalam penganggaran RAPBN 2013 untuk BNP2TKI. Dari total anggaran Rp 392,7 miliar untuk BNP2TKI, hanya Rp 6,8 miliar yang dialokasikan untuk mediasi dan advokasi kasus-kasus TKI.

"Dengan demikian, wajar jika selama ini mediasi dan advokasi terhadap kasus-kasus TKI di luar negeri selalu berakhir dengan kekalahan di pihak TKI atau menguap begitu saja," ujar Salbiah.

Sebagai gambaran, selama Januari hingga Mei 2012, BNP2TKI menerima laporan 31.415 kasus terkait TKI di luar negeri. Dari jumlah tersebut, masih ada 77 persen yang belum diselesaikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com