Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mr A" untuk Cairkan Faksi di Demokrat

Kompas.com - 03/06/2011, 10:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menilai dilemparkannya inisial Mr A oleh Partai Demokrat sebagai salah satu cara dari partai pemenang pemilu itu untuk membangun soliditas di internal partainya. Mr A, menurut Wakil Sekjen Demokrat Ramadhan Pohan, adalah seorang politikus kawakan, pemain lama tetapi baru dalam isu-isu politik Tanah Air. Burhanuddin mengatakan, faksi-faksi yang ada di internal Demokrat semakin meruncing pasca-bergulirnya kasus Nazaruddin. Memunculkan tokoh eksternal partai dinilainya bisa membuat kader internal Demokrat untuk lebih memerhatikan bagaimana mempertahankan keutuhan partai.

"Saya menilai Mr A sengaja dipakai oleh elite Demokrat untuk kembali menyatukan kohesi partai yang dihantam faksi-faksi. Dengan memunculkan isu dari eksternal partai, akan memicu perbedaan sikap dalam menghadapi kasus Nazar menjadi solid. Memunculkan nama tokoh dari luar, dengan harapan kader partai lebih memerhatikan soal kepentingan dan kesatuan partai, ketimbang faksi," tutur Burhanuddin kepada Kompas.com, Jumat (3/6/2011).

Selain itu, menurut dia, bergulirnya inisial Mr A juga bisa disinyalir sebagai upaya "pengaburan" isu. "Dalam kerangka, menjauhkan dari substansi persoalan yang muncul. Awalnya kan isu dugaan suap Sekretaris Kemenpora dan dugaan upaya gratifikasi Sekjen MK," ujarnya.

Meski demikian, ia tak memungkiri kemungkinan adanya partai lain yang "bertepuk tangan" atas kejadian yang terjadi di Demokrat. Dan sinyalemen adanya pihak luar partai yang mendompleng "musibah" Demokrat, dianggap sebagai hal yang biasa dalam dunia politik. "Ada partai yang dirundung musibah, kemudian membuat kredibilitas partai lain hancur, kenyataan itu memang ada. Ibaratnya, ada partai yang mengail di air keruh. Tetapi, menurut saya, isu ada skenario dari pihak eksternal partai sengaja diperbesar resonansinya dalam rangka memunculkan sentimen terhadap musuh bersama dari kalangan internal Demokrat," papar Burhanuddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Nasional
    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Nasional
    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

    Nasional
    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Nasional
    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Nasional
    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Nasional
    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com