Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Max Moein Tidak Menyesali Perbuatannya

Kompas.com - 26/05/2011, 17:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Max Moein, salah satu terdakwa dalam kasus dugaan suap cek perjalanan terkait pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia tahun 2004, menyatakan tidak menyesali perbuatannya. Politisi PDI Perjuangan itu bersikukuh bahwa sejumlah cek perjalanan yang dia terima bukanlah dana suap. Cek itu, kata Max, merupakan bantuan partai untuk dana kampanye kadernya.

"Saya yakin itu pemberian partai dan saya laksanakan tugas partai dengan baik, tidak akan saya sesalkan. Saya merasa melakukan tugas saya. Saya tidak melakukan korupsi," kata Max di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (26/5/2011).

Max menjalani persidangan dengan agenda pemeriksaan terdakwa bersama tiga politisi PDI-P lainnya, yakni Agus Condro, Rusman Lumbatoruan, dan Willem Max Tutuarima. Keempatnya adalah anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004. Menurut Max, ia menerima cek perjalanan senilai Rp 500 juta dari Dudhie Makmun Murod yang saat itu menjadi Bendahara Umum Fraksi PDI-P.

Cek tersebut, menurut Max, tidak berkaitan dengan pemenangan Miranda Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior BI tahun 2004.

Sementara itu, tiga terdakwa lainnya yang disidang bersama Max menyatakan menyesal. Agus Condro mengaku menyesal menerima cek perjalanan senilai Rp 500 juta dari Dudhie. Menurut Agus, cek tersebut berkaitan dengan pemenangan Miranda. Agus berasumsi demikian karena dalam rapat kelompok fraksi di Komisi IX yang dia ikuti terdapat pembahasan yang menyebutkan Miranda siap menyediakan uang Rp 300 juta hingga Rp 500 juta.

"Saat itu Tjahjo (Tjahjo Kumolo, Ketua Fraksi PDI-P) menyampaikan, Miranda bersedia beri 300. Tetapi kalau meminta 500, tidak keberatan," tutur Agus yang menjadi whistle blower dalam kasus ini.

Meski sama-sama menyesal, Rusman Lumbatoruan menyampaikan pendapat berbeda dengan Agus. Menurut Rusman, dengan menerima cek perjalanan tersebut, dia tidak melanggar etika anggota Dewan. Sebab, cek itu merupakan bantuan partai untuk dana kampanye.

"Tetapi kalau dikait-kaitkan dengan deputi senior, itu salah, ya akan disesali," ucapnya.

Terdakwa lainnya, Willem Tutuarima, hanya menjawab singkat, "Saya menyesal."

Kasus dugaan suap cek perjalanan yang menjerat 26 politisi DPR 1999-2004 sebagai tersangka itu berawal dari "nyanyian" Agus Condro pada 2008. Kini, sebanyak 24 politisi menjalani proses persidangan. Sebelumnya, empat politisi 1999-2004 sudah divonis dalam kasus tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo Soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo Soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

    Nasional
    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Nasional
    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Nasional
    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Nasional
    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com