Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gus Dur yang Saya Kenal...

Kompas.com - 31/12/2009, 10:41 WIB

KOMPAS.com - Telepon berkali-kali berdering, SMS berdatangan. Pertanyaannya satu: Benarkah Gus Dur meninggal dunia?  Sangat sulit untuk menjawab pertanyaan ini karena saya harus menjawab ”ya”. Dan, mereka semua menangis.

Mereka adalah orang-orang biasa dengan latar agama yang berbeda. Mereka tak pernah mengenal Gus Dur secara pribadi, tetapi merasa dekat dengan tokoh ini.

Bagi mereka, Gus Dur adalah pembela kaum minoritas, Gus Dur pejuang Islam moderat, Gus Dur pembela demokrasi … dan masih banyak lagi.

Bagi saya, Gus Dur adalah tokoh besar yang sangat membumi. Perkenalan kami dimulai tahun 1992 ketika Gus Dur masih menjabat Ketua Tanfidziyah PB Nahdlatul Ulama di bawah rezim Soeharto. Secara intens kami sering berdiskusi di kamar kerjanya yang kecil dan bersahaja di Kantor PBNU di Kramat Raya.

Di antara buku-buku, kertas, tumpukan kaset dan CD musik klasik yang memenuhi meja kerjanya, Gus Dur kerap ”menyembunyikan” makanan lorju’ (kacang bercampur ikan kecil). Ia senang mengobrol sambil mengudap. ”Jangan bilang-bilang ya, nanti Mbak Nur (Shinta Nuriyah, sang istri) marah, saya kan disuruh diet. Tapi, ini makanan enak,” katanya sambil terkekeh.

Sudah sejak lama Gus Dur mengidap diabetes sehingga sebetulnya ia dilarang untuk makan seenaknya. Tapi, Gus Dur memang susah dilarang. Lagi pula, siapa di lingkungan PBNU yang berani melarangnya? ”Yang berani cuma Mbak Nur,” katanya.

Topik diskusi yang sering kami singgung—kadang bersama tamu-tamu lain—antara lain tentang masa depan Nahdlatul Ulama. Sejak belasan tahun lalu Gus Dur sudah memproyeksikan bahwa akan ada tiga corak di tubuh NU.

Yaitu corak kiai fikih yang dirangsang pikiran modern (Gus Dur saat itu mencontohkan Kiai Ishomudin), corak LSM (ia mencontohkan Masdar Mas’udi), dan corak gado-gado, yaitu masyarakat biasa maupun politisi yang memiliki pengabdian di NU.

Dialog dari ketiga corak inilah, kata Gus Dur, yang akan menentukan wajah transformatif NU di masa depan.

Perkembangan Islam di Indonesia, toleransi terhadap agama lain, perlindungan terhadap kaum minoritas, dan demokrasi juga merupakan topik yang bisa membuatnya semangat berbicara sampai berjam-jam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Nasional
Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Nasional
Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Nasional
Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri 'Triumvirat' dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri "Triumvirat" dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Nasional
Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Nasional
Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Nasional
Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com