YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Menyusul kekalahan calon presiden Partai Golongan Karya, M Jusuf Kalla, dalam pilpres, anggota Dewan Penasihat Partai Golongan Karya, Sultan Hamengku Buwono X, menyatakan bahwa Golkar kini perlu belajar menjadi partai oposisi. Pilihan menjadi oposisi tetap terhormat dan membawa manfaat besar bagi proses demokratisasi dan untuk kepentingan rakyat.
"Toh jadi oposisi juga bisa memberikan keseimbangan yang baik untuk masyarakat. Selama oposisi lemah kan, mungkin juga ada sesuatu yang kurang menguntungkan untuk masyarakat. Balance itu kan penting," ungkap Sultan HB X, Kamis (9/7) di Yogyakarta.
Sultan mengemukakan, Partai Golkar selama ini memiliki kemampuan sebagai partai pemerintah dan ikut berkuasa. "Itu berarti, Partai Golkar pun seharusnya bisa menjadi partai oposisi. Tidak mesti harus berkuasa," ungkapnya.
Berdasarkan hasil quick count meski ini belum perhitungan final, menurut Sultan, perolehan suara pasangan JK-Wiranto jelas di bawah target 30 persen. Itu menunjukkan indikasi adanya persoalan di Partai Golkar. Karena itu, Golkar harus melakukan introspeksi bahwa untuk membangun negara ini tidak hanya Golkar lagi yang bisa. "Yang lain toh bisa juga, ya kan. Bagi saya itu alat introspeksi Golkar bagaimana menghadapi 2014," katanya.
Sultan meminta pihak yang kalah dalam pilpres bisa menerima kekalahan dengan kebesaran jiwa. Sementara itu, pemenang jangan sombong karena kemenangan adalah amanah rakyat yang harus dijalankan. Sultan menilai masih terlalu dini untuk mengatakan salah satu pasangan capres-cawapres sudah menang. Sebab, penghitungan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sampai kini belum selesai. Keputusan akhir penghitungan tetap berada di KPU.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.