JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menegaskan salam lintas agama kerap digunakan dalam berbagai tradisi keagamaan tidak selalu dianggap sebagai bagian dari ibadah formal.
Hal ini ia sampaikan merespons fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan semua salam termasuk dalam ibadah. Menurut Yahya, hal itu tidak tepat.
“Karena ada klaim bahwa Assalamu'alaikum adalah ibadah, maka diklaim salam yang lain juga ibadah. Padahal tidak ada ibadah itu," ujar Yahya dalam Halaqah Ulama yang diselenggarakan RMI PBNU, di kantor PBNU Jakarta, Selasa (11/6/2024), dikutip keterangan resmi.
Halaqah tersebut menyikapi fatwa MUI terkait ijtima ulama soal larangan salam lintas agama.
Baca juga: PBNU Buat PT untuk Kelola Tambang, Penanggung Jawabnya Bendahara Umum
Yahya menekankan bahwa penggunaan salam dalam pidato atau pertemuan tidak selalu bermakna ibadah, melainkan bisa menjadi tanda kerukunan antarumat beragama.
“Saya ajukan pertanyaan, apakah boleh memulai pidato dengan ungkapan yang secara simbolis dimaksudkan untuk menunjukkan kerukunan antarumat beragama?” kata keponakan Ahmad Mustofa Bisri itu.
Yahya juga menyoroti pentingnya perubahan pola pikir di kalangan ulama dan pemikir Islam soal lintas agama.
Ia menilai bahwa sebagian besar fuqaha masih terpengaruh oleh pola pikir era Turki Utsmani, dan belum sepenuhnya menginternalisasi konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca juga: PBNU Pastikan Sudah Buat Perusahaan untuk Kelola Usaha Tambang
"Ke depan ini menjadi krusial lagi karena sekarang ini berbagai aktor yang sangat kuat bertarung melakukan mainstreaming dari gagasan-gagasan agar menjadi mindset dari masyarakat," ungkapnya.
Gus Yahya mengajak semua pihak untuk berpikir jernih dan tidak terjebak dalam upaya mainstreaming yang tidak jelas asal-usulnya sehingga seolah-olah gagasan tersebut merupakan bagian dari fatwa agama.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla menegaskan bahwa salam lintas agama yang diucapkan saat seseorang berpidato adalah wujud dari upaya memupuk persaudaraan kebangsaan.
Ia menegaskan bahwa persaudaraan kebangsaan atau ukhuwah wathaniyah merupakan salah satu dari trilogi ukhuwah (persaudaraan) yang dikemukakan Rais Aam PBNU 1984-1991.
Baca juga: PBNU Sudah Ajukan Izin Tambang, Gus Yahya: Wong Kami Butuh...
"Salah satu cara untuk memupuk persaudaraan kebangsaan dunia kebijakan yang ditempuh oleh negara adalah mengadakan salam lintas agama,” ungkap Ulil.
"Salam lintas agama itu kan kalau mau diteliti satu persatu ya intinya salam,” terangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.