JAKARTA, KOMPAS.com - Kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mengungkap daftar daerah yang digunakan kampanye terselubung Presiden Joko Widodo untuk memenangkan pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.
Hal itu disampaikan Tim Hukum Anies-Muhaimin, Bambang Widjojanto, dalam sidang sengketa hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Rabu (27/3/2024).
Bambang Widjojanto mengatakan bahwa kampanye terselubung Presiden Jokowi itu disertai pembagian bantuan sosial (bansos).
“Di provinsi yang menjadi area operasi, wilayah di mana Prabowo Subianto ternyata memperoleh suara rendah pada pemilu 2014 dan 2019. Dengan sasaran pemilih diperkirakan 27 juta,” kata Bambang.
Dalam paparan itu, Bambang mencantumkan daftar daerah kampanye terselubung Jokowi.
Rinciannya, di daerah Kabupaten Batu Bara dan Binjai, Sumatera Utara, dengan sasaran 515.000 pemilih.
Daerah Mentawai dan Padang, Sumatera Barat dengan sasaran 680 ribu pemilih. Selanjutnya Palembang 1,2 juta pemilih dan Bandar Lampung 750.000 pemilih.
Lalu, daerah Serang, Bandung, dan Purwakarta dengan sasaran 3,8 juta pemilih.
Selanjutnya, kota-kota di Jawa Tengah juga menjadi target operasi dengan sasaran 13,2 juta pemilih.
“Di daerah situ (Jawa Tengah) bansosnya luar biasa, intervensi aparaturnya juga luar biasa, dan kenaikan perolehan angka paslon 02 juga luar biasa,” kata Bambang.
Kemudian, daerah Sleman dan Bantul, DIY, dengan sasaran 1,6 juta pemilih.
Selanjutnya, tiga daerah di Jawa Timur, yakni Malang, Banyuwangi, dan Sidoarjo dengan sasaran 3,5 juta pemilih.
Baca juga: Kubu Anies: Malpraktik Pilpres Dimulai dari Tidak Netralnya Jokowi Tunjuk Ketua Pansel KPU-Bawaslu
Kemudian, daerah Manado dan Kepulauan Talaud (426.000 pemilih); Manggarai Barat dan Kupang (637.000 pemilih), hingga Papua di daerah seperti Biak dan Numfor (101.000 pemilih).
Bambang mencontohkan kenaikan suara Prabowo di Kepuluan Talaud, Sulawesi Utara. Pada Pemilu 2014 dan 2019, Prabowo memperoleh suara 21,91 persen dan 9,01 persen.
Namun, pada pemilu tahun ini, Prabowo mendapatkan suara 75,09 persen.
“Itu artinya incredible, terjadi kenaikan 66,38 persen, dan kami meyakini angka itu terjadi bukan karena kehebatan pemilih dalam memilih calon terbaiknya,” kata Bambang.
“Pasti ada intervensi yang luar biasa dari bansos dan kunjungan-kunjungan dan sebagian aparatur and the all presiden’s men,” ujar Bambang.
Berdasarkan riset Tim Hukum Anies-Muhaimin, disimpulkan bahwa bansos dan penggunaan aparat negara mempengaruhi peningkatan suara Prabowo-Gibran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.