JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat menelan kekalahan dalam perebutan tujuh kursi DPR di daerah pemilihan NTT II.
Daerah pemilihan yang diperebutkan Politikus Nasdem itu meliputi Pulau Sumba, Timor, Rote, Sabu, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Dilansir dari Kompas.id, kekalahan Viktor Laiskodat terlihat dari Berita acara rekapitulasi hasil pemungutan suara Pemilu 2024 tingkat Provinsi NTT yang ditandatangani pada Minggu (10/3/2023) malam.
Eks Gubernur NTT yang menempati nomor urut pertama dari Partai Nasdem ini hanya memperoleh 65.359 suara pada pemungutan suara, 14 Februari 2024.
Baca juga: Profil Viktor Laiskodat, Gubernur NTT yang Sebut Orang Miskin Bercirikan Makan Nasi Porsi Banyak
Viktor Laiskodat kalah dari Ratu Ngadu Bonu Wulla yang meraup 76.331 suara.
Ratu Ngadu Bonu Wulla adalah caleg petahana dari Nasdem, dan istri mantan Bupati Sumba Barat Daya Markus Dairo Talu.
Total dukungan untuk Nasdem di dapil itu 207.732 suara. Selain kegagalan Viktor, Nasdem juga kehilangan satu kursi jika dibandingkan hasil Pemilu 2019.
Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona, berpandangan, tidak lolosnya Viktor merupakan sebuah kejutan.
Sebab, Viktor Laiskodat adalah figur dengan nama besar baik di NTT maupun Indonesia. Selain itu, eks Gubernur NTT ini juga dinilai memiliki sumber daya yang besar.
Baca juga: Uya Kuya Akui Sengaja ke Kuala Lumpur Bareng Caleg Lain saat Pemilu Ulang
Mikhael menduga, Viktor Laiskodat bersama tim terlalu percaya diri dengan mengandalkan nama besar tersebut. Sehingga, menjadi tidak lagi militan untuk mengumpulkan suara.
Potensi dukungan di perkotaan hingga pelosok dinilai tidak digarap secara baik. Di sisi lain, kompetitor dari dalam partai ataupun partai lain lebih gencar mendatangi calon pemilih.
Menurut Mikhael, kekalahan Viktor Laiskodat juga tidak lepas dari banyaknya respons negatif publik terhadap dirinya selama memimpin NTT selama lima tahun terakhir.
”Dalam beberapa kasus, nama Viktor begitu viral dan dikonstruksi secara negatif. Inilah yang menjadi kontraproduktif dengan perjuangannya di Pileg 2024,” kata Mikhael, dilansir dari Harian Kompas, Selasa (12/3/2024).
Baca juga: Mantan Kapolda NTT Johni Asadoma Nyatakan Siap Maju sebagai Calon Gubernur
Sentimen negatif tersebut di antaranya kebijakan masuk sekolah pukul 05.30 untuk sejumlah SMA di Kota Kupang.
Kemudian, kenaikan tarif masuk Taman Nasional Komodo, sengketa lahan dengan masyarakat adat Besipae, dan keributan dengan tokoh adat di Sumba.