Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P: Kalau Mau Menang Mudah, Perpanjang Saja Jabatan Pak Jokowi, tetapi Kami Pilih Jalan Konstitusi

Kompas.com - 11/02/2024, 23:07 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto mengatakan, jika ingin menang, parpolnya sebenarnya bisa menempuh jalan yang mudah, yakni memperpanjang masa jabatan Presiden Joko Widodo.

Namun, menurutnya, PDI-P tetap taat konstitusi dengan mendukung pemilihan umum (pemilu) lima tahunan sekali tetap terlaksana untuk memilih calon pemimpin baru Indonesia.

"Sejak awal Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud punya komitmen besar di dalam menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Karena itulah kalau mau menang gampang, bagi kami enak, kita perpanjang saja (masa jabatan) Pak Jokowi," ujar Hasto di Cemara 19, Jakarta Pusat, Minggu (11/2/2024).

Baca juga: Sekjen PDI-P Sebut Pukul 12.00 Jadi Crucial Time di TPS, Ingatkan Potensi Penyalahgunaan Surat Suara

"Tapi kan kita memilih jalan konstitusi, jalan demokrasi. Bukan memilih apa yang didapat oleh PDI-P. Tetapi bagaimana proses demokrasi yang oleh konstitusi, melalui pemilu yang jujur dan adil ini harus dijalankan. Ini yang menjadi komitmen kami," jelasnya.

Oleh karenanya menurut Hasto, dalam tiga hari masa tenang sebelum pencoblosan pemilu, PDI-P meminta agar TNI dan Polri tidak disalahgunakan oleh oknum tertentu.

Hasto menegaskan TNI dan Polri harus netral.

"Kami tekankan ini saatnya untuk TNI, Polri jangan disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu yang melanggar konstitusi dan perintah undang-undang karena TNI, Polri itu harus netral," tuturnya.

"Jadi tiga hari ke depan harus menjadi suatu cermin kebebasan suara rakyat, civil society, semua untuk begerak tanpa paksaan, tanpa intimidasi, bahkan juga tanpa money politic. Dengan demikian pemilu bisa berjalan dengan baik," jelasnya.

Baca juga: Siapkan 1,6 Juta Saksi di TPS, PDI-P: Yang Akan Curang Sebaiknya Hati-hati

Hasto mengingatkan sejarah mengajarkan pelaksanaan pemilu yang dipenuhi rekayasa, misalnya pada 1997 ternyata bisa ditumbangkan oleh rakyat.

Padahal saat itu perolehan suara penguasa petahana di atas 78 persen.

"Itu terbukti bagaimana kekuasaan yang sangat otoriter dengan perolehan suara di atas 78 persen ternyata juga bisa tumbang oleh kekuatan rakyat yang didorong oleh aktivitas mahasiswa," jelas Hasto.

"Dan perguruan tinggi saat ini sudah bergerak menyuarakan hal tersebut dan kami harapkan ini bisa didengarkan sebagai suara rakyat, suara kebenaran, agar tiga hari ke depan Indonesia bisa menampikkan gambaran demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panja Revisi UU Penyiaran Sebut Tak Ada Tendensi Membungkam Pers, RUU Belum Final

Panja Revisi UU Penyiaran Sebut Tak Ada Tendensi Membungkam Pers, RUU Belum Final

Nasional
Purnawirawan TNI AL Ketahuan Pakai Pelat Dinas Palsu di Bandara Soekarno-Hatta

Purnawirawan TNI AL Ketahuan Pakai Pelat Dinas Palsu di Bandara Soekarno-Hatta

Nasional
4 Terdakwa Kasus Pembangunan Gereja Kingmi Mile Jalani Sidang Tuntutan

4 Terdakwa Kasus Pembangunan Gereja Kingmi Mile Jalani Sidang Tuntutan

Nasional
KPK Ajukan Kasasi dalam Kasus Advokat Stefanus Roy Rening

KPK Ajukan Kasasi dalam Kasus Advokat Stefanus Roy Rening

Nasional
Ubah Pernyataan, Ketua KPU Kini Sebut Caleg Terpilih Harus Mundur jika Maju Pilkada

Ubah Pernyataan, Ketua KPU Kini Sebut Caleg Terpilih Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Revisi UU MK Dinilai Cenderung Jadi Alat Sandera Kepentingan, Misalnya Menambah Kementerian

Revisi UU MK Dinilai Cenderung Jadi Alat Sandera Kepentingan, Misalnya Menambah Kementerian

Nasional
Didampingi Gibran, Prabowo Bertolak ke Qatar Usai Temui Presiden MBZ di UEA

Didampingi Gibran, Prabowo Bertolak ke Qatar Usai Temui Presiden MBZ di UEA

Nasional
Grace Natalie Bertemu Jokowi, Diberi Tugas Baru di Pemerintahan

Grace Natalie Bertemu Jokowi, Diberi Tugas Baru di Pemerintahan

Nasional
Anggap Hukuman Terlalu Ringan, KPK Banding Putusan Sekretaris MA Hasbi Hasan

Anggap Hukuman Terlalu Ringan, KPK Banding Putusan Sekretaris MA Hasbi Hasan

Nasional
Masuk Prolegnas Prioritas Tak Bisa Jadi Dalih DPR Diam-diam Revisi UU MK

Masuk Prolegnas Prioritas Tak Bisa Jadi Dalih DPR Diam-diam Revisi UU MK

Nasional
Diam-diam Revisi UU MK, DPR Dianggap Kangkangi Aturan

Diam-diam Revisi UU MK, DPR Dianggap Kangkangi Aturan

Nasional
Ketua BPK Bungkam Ditanya soal Dugaan Auditor Minta Rp 12 Miliar ke Kementan

Ketua BPK Bungkam Ditanya soal Dugaan Auditor Minta Rp 12 Miliar ke Kementan

Nasional
7 Anggota LPSK 2024-2029 Ucapkan Sumpah di Hadapan Jokowi

7 Anggota LPSK 2024-2029 Ucapkan Sumpah di Hadapan Jokowi

Nasional
Komentari RUU Penyiaran, Mahfud: Keblinger, Masak Media Tak Boleh Investigasi?

Komentari RUU Penyiaran, Mahfud: Keblinger, Masak Media Tak Boleh Investigasi?

Nasional
Modifikasi Cuaca Akan Dilakukan untuk Kurangi Intensitas Hujan di Sumbar

Modifikasi Cuaca Akan Dilakukan untuk Kurangi Intensitas Hujan di Sumbar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com