Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Butet Kartaredjasa dan Anak Wiji Thukul Baca Puisi di Kampanye Ganjar-Mahfud, Singgung Kebebasan Berbicara

Kompas.com - 10/02/2024, 12:48 WIB
Fika Nurul Ulya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Budayawan dan seniman Butet Kartaredjasa dan anak Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani kompak membacakan puisi soal kebebasan berbicara di acara kampanye akbar bertajuk "Hajatan Rakyat Ganjar-Mahfud" di Benteng Vastenburg, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (10/2/2024).

Adapun puisi yang dibawakan adalah puisi Wiji Thukul, yaitu salah satu penyair dan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) yang dihilangkan secara paksa.

Sebelum membaca puisi, awalnya Butet memanggil Wani ke atas panggung. Lalu, Wani diminta menceritakan sosok sang ayah yang menjadi korban penghilangan paksa dan tidak diketahui keberadaannya hingga kini.

"Wani, ini sedulur-sedulur-mu kabeh, energi untuk hidupmu. Meskipun sebelum umurmu lima tahun sudah ditinggalkan ayahmu yang sampai hari ini tidak jelas nasibnya," kata Butet di atas panggung utama acara kampanye akbar, Sabtu.

"Coba kamu sampaikan ke kawan-kawanmu, energi hidupmu ini, apa kesan terhadap ayahmu, Wiji Thukul," ujarnya lagi.

Baca juga: Butet Singgung Penculikan Wiji Thukul di Kampanye Akbar Ganjar-Mahfud: Yang Menculik Mencapreskan

Wani menyampaikan bahwa ayahnya hilang sejak dia masih kecil. Tetapi, pada tahun 2014 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji akan mengusut kasus tersebut.

Namun, hingga ibunya Siti Dyah Sujirah (Sipon) meninggal dunia, nasib dan keberadaan Wiji Thukul tak kunjung diketahui.

"Sampai sekarang kami masih mengingat janji yang pernah diucapkan oleh Bapak Presiden Jokowi perihal Wiji Thukul. (Jokowi bilang) 'Wiji Thukul harus ketemu, kasus ini harus bisa selesai, Wiji Thukul harus bisa ditemukan'," kata Wani.

"Beliau (Jokowi) berkata, 'Istrinya adalah kawan baik saya, anak-anaknya adalah kawan baik saya. Dan tentu saja kasus Wiji Thukul harus diselesaikan, Wiji Thukul harus ketemu hidup atau mati'," ujarnya lagi.

Baca juga: Anak Wiji Thukul Hadiri Hajatan Rakyat Ganjar-Mahfud di Solo, Bacakan Puisi Peringatan

Kemudian, Butet Kartaredjasa mempersilakan Wani membacakan puisi sang ayah. Tak beberapa lama usai dipersilakan, dia membaca beberapa bait puisi tersebut.

"Peringatan. Jika rakyat pergi, ketika penguasa pidato, kita harus hati-hati, barangkali mereka putus asa. Kalau rakyat bersembunyi dan berbisik-bisik ketika membicarakan masalahnya sendiri, penguasa harus waspada dan belajar mendengar," kata Wani membacakan puisi.

"Bila rakyat tak berani mengeluh, itu artinya sudah gawat. Dan bila omongan penguasa dibantah, kebenaran pasti terancam. Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam, kritik dilarang, dituduh subversif dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata...," lanjutnya.

"Lawan!" teriak massa yang hadir.

Baca juga: Ajak Warga Solo Menangkan Ganjar-Mahfud, Megawati: Satu Putaran Sanggup?

Usai Wani membacakan puisi, Butet Kartaredjasa melanjutkan pembacaan puisi karya Wiji Thukul yang lain.

"Sesungguhnya suara itu tak bisa diredam. Mulut bisa dibungkam, namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang dan pertanyaan-pertanyaan dari tidah jiwaku? Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan, di sana bersemayam kemerdekaan," kata Butet saat membacakan puisi.

"Apabila engkau memaksa diam, aku siapkan untukmu pemberontakan. Sesungguhnya suara itu bukan perampok yang ingin merayah hartamu. Ia ingin bicara mengapa kau kokang senjata dan gemetar ketika suara-suara itu menuntut keadilan?" lanjutnya.

"Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata. Ia lah yang mengajari aku bertanya dan pada akhirnya tidak bisa tidak engkau harus menjawabnya. Apabila engkau tetap bertahan, aku akan memburumu seperti kutukan," kata Butet Kartaredjasa.

Baca juga: Ketum Projo Budi Arie Sebut Jokowi Minta Laporan terhadap Butet Kartaredjasa Dicabut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Laksma TNI Effendy Maruapey Dilantik Jadi Direktur Penindakan Jampidmil Kejagung

Laksma TNI Effendy Maruapey Dilantik Jadi Direktur Penindakan Jampidmil Kejagung

Nasional
Prabowo Klaim Bakal Tepati Janji Kampanye dan Tak Risau Dikritik

Prabowo Klaim Bakal Tepati Janji Kampanye dan Tak Risau Dikritik

Nasional
Pengacara Gus Muhdlor Sebut Akan Kembali Ajukan Gugatan Praperadilan Usai Mencabut

Pengacara Gus Muhdlor Sebut Akan Kembali Ajukan Gugatan Praperadilan Usai Mencabut

Nasional
Prabowo Akui Demokrasi Indonesia Melelahkan tetapi Diinginkan Rakyat

Prabowo Akui Demokrasi Indonesia Melelahkan tetapi Diinginkan Rakyat

Nasional
Tanggapi Wacana Penambahan Kementerian, PDI-P: Setiap Presiden Punya Kebijakan Sendiri

Tanggapi Wacana Penambahan Kementerian, PDI-P: Setiap Presiden Punya Kebijakan Sendiri

Nasional
BNPB: Total 43 Orang Meninggal akibat Banjir di Sumatera Barat

BNPB: Total 43 Orang Meninggal akibat Banjir di Sumatera Barat

Nasional
Megawati Kunjungi Pameran Butet, Patung Pria Kurus Hidung Panjang Jadi Perhatian

Megawati Kunjungi Pameran Butet, Patung Pria Kurus Hidung Panjang Jadi Perhatian

Nasional
PDI-P Bentuk Komisi Bahas Posisi Partai terhadap Pemerintahan Prabowo

PDI-P Bentuk Komisi Bahas Posisi Partai terhadap Pemerintahan Prabowo

Nasional
Pengacara Tuding Jaksa KPK Tak Berwenang Tuntut Hakim Agung Gazalba Saleh

Pengacara Tuding Jaksa KPK Tak Berwenang Tuntut Hakim Agung Gazalba Saleh

Nasional
Sekjen PDI-P: Bung Karno Tidak Hanya Milik Rakyat Indonesia, tapi Bangsa Dunia

Sekjen PDI-P: Bung Karno Tidak Hanya Milik Rakyat Indonesia, tapi Bangsa Dunia

Nasional
Pejabat Kementan Mengaku Terpaksa “Rogoh Kocek” Pribadi untuk Renovasi Kamar Anak SYL

Pejabat Kementan Mengaku Terpaksa “Rogoh Kocek” Pribadi untuk Renovasi Kamar Anak SYL

Nasional
Sebut Ada 8 Nama untuk Pilkada Jakarta, Sekjen PDI-P: Sudah di Kantongnya Megawati

Sebut Ada 8 Nama untuk Pilkada Jakarta, Sekjen PDI-P: Sudah di Kantongnya Megawati

Nasional
Gus Muhdlor Cabut Gugatan Praperadilan untuk Revisi

Gus Muhdlor Cabut Gugatan Praperadilan untuk Revisi

Nasional
KPU Sebut Faktor Kesiapan Bikin Calon Independen Batal Daftar Pilkada 2024

KPU Sebut Faktor Kesiapan Bikin Calon Independen Batal Daftar Pilkada 2024

Nasional
Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Jemaah Haji Tinggalkan Hotel untuk Ibadah di Masjid Nabawi

Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Jemaah Haji Tinggalkan Hotel untuk Ibadah di Masjid Nabawi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com