JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berbicara soal kemungkinan keterlibatan Presiden Joko Widodo apabila Prabowo-Gibran terpilih pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Komandan TKN Fanta, Arief Rosyid mengatakan, sosok Jokowi pasti dibutuhkan untuk Prabowo-Gibran.
“Ada hal- hal yang kemudian, misalnya Pak Prabowo dan Mas Gibran membutuhkan sosok Pak Jokowi sebagai seorang negarawan, saya kira itu hal yang wajar saja,” kata Arief saat ditemui di Fanta Headquarters, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (9/2/2024).
Baca juga: Catatan Koalisi LSM: Presiden Jokowi 11 Kali Lakukan Pelanggaran Pemilu 2024
Menurut Arief, Prabowo dan Gibran pasti membutuhkan nasihat dari Jokowi agar program keberlanjutan berjalan.
“Tentu saja butuh ya selalu nasihat, butuh masukan agar keberlanjutan ini berjalan, penyempurnaan itu berjalan,” ujar Arief.
“Mungkin beliau (Jokowi) akan balik jika dibutuhkan oleh Pak Prabowo dan Mas Gibran jika terpilih, beliau akan memberikan pikiran-pikiran yang konstruktif, yang membangun. Apalagi selama 10 tahun, beliau tahu apa yang menjadi kekurangan apa yang menjadi kelebihan, apa yang tidak boleh dilanjutkan, apa yang harus dilanjutkan,” kata Arief.
Baca juga: Kala Anak Wiji Thukul Ungkit Janji Jokowi untuk Temukan Ayahnya
Sebelumnya, Ketua Bidang Kehormatan PDI-P Komarudin Watubun mengingatkan Presiden Joko Widodo agar sadar diri dengan kekuasaannya saat ini.
Komarudin berharap mantan Wali Kota Surakarta itu tak terlena dengan berbagai pihak yang ada di sekelilingnya. Terlebih, oleh pihak-pihak yang saat ini duduk di Koalisi Indonesia Maju (KIM) serta mendukung Prabowo-Gibran.
“Ini hati-hati, pertanyaannya apakah koalisi besar tadi itu semua kompak ikhlas lahir batin untuk kawal Jokowi?” ucap Komarudin dalam program Gaspol! yang tayang di YouTube Kompas.com, Kamis (8/2/2024).
Ia lantas mengingatkan Jokowi bahwa ada batas dalam kekuasaan.
Komarudin pun menyinggung proses turunnya Presiden ke-2 RI Soeharto pada tahun 1998.
Kala itu, orang dekat Soeharto, Harmoko, yang menjabat sebagai pimpinan DPR/MPR sempat menyatakan bahwa masyarakat masih menginginkan Soeharto untuk memimpin pemerintahan.
“Pak Harmoko (mengatakan), 'Bapak masih dikehendaki oleh rakyat Indonesia',” jadi waktu sidang umum (MPR) dia semangat pukul palu sampai palu terlepas dari tangkai,” tutur dia.
Namun, Komarudin menekankan, saat gelombang demonstrasi mahasiswa semakin besar sampai memasuki dan menduduki gedung DPR RI, sikap Harmoko pada Soeharto berubah.
“Berapa waktu kemudian mahasiswa duduki DPR, dia (Harmoko) datang minta Pak Harto untuk mundur,” kata Komarudin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.