Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfud Mundur dari Menteri, TPN Sebut Kritik Moral karena Kekuasaan Dipakai untuk Dukung Paslon Tertentu

Kompas.com - 31/01/2024, 16:36 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pernyataan Mahfud MD yang akan mundur dari posisi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) merupakan kritik moral karena melihat penguasa menggunakan kekuasaan untuk mendukung calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) tertentu.

Hal itu dikatakan oleh Deputi Kanal Media TPN Ganjar-Mahfud, Karaniya Dharmasaputra.

"Waktu di Semarang, saya kebetulan mendampingi Prof Mahfud. Waktu itu disampaikan secara langsung oleh beliau bahwa ini (pernyataan mundur) merupakan kritik moral, protes moral," kata Karaniya dalam konferensi pers di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Jalan Cemara, Jakarta Pusat, Rabu (31/1/2024).

Mahfud, menurut Karaniya, saat itu mengatakan bahwa kondisi menjelang pencoblosan diwarnai dengan kekerasan kepada pendukung pasangan calon (paslon) tertentu.

Bahkan, menurut Mahfud, kekerasan itu terang-terangan dilakukan oleh aparat yang diminta oleh penguasa.

Baca juga: Mahfud Sudah Siapkan Surat Pengunduran Diri, Istana: Presiden Sangat Menghargai, Itu Hak Pak Mahfud

"Dari hari ke hari, betapa kekuasaan aparat dan fasilitas negara disalahgunakan secara sangat terbuka, sangat telanjang, sangat terang benderang untuk mendukung paslon tertentu. Itu yang mendorong Prof Mahfud untuk kemudian sampai ke titik ini (mundur dari Menko Polhukam)," ujar Karaniya.

Karaniya lantas mengungkapkan, proses Mahfud mundur juga dikarenakan mendengar pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa presiden boleh berkampanye dan berpihak pada Pemilu.

Dia mengatakan, Mahfud berpandangan pernyataan Kepala Negara itu memunculkan pembenaran bagi pejabat publik lain untuk turut berkampanye dan berpihak padahal semestinya menjaga netralitas.

"Kalau begitu meski Anda sedang menjabat sebagai pejabat negara, Anda boleh saja memihak dan berkampanye, yang secara tidak langsung mengimplikasikan bahwa dengan demikian maka firewall antara kekuasaan, fasilitas negara, dan aparat negara, untuk menjamin keberlangsungan dari pemilu jujur adil, tiba-tiba menjadi hilang," katanya.

Baca juga: Mahfud Harap Keputusan Mundur dari Menteri Jadi Jaminan Pilpres Berjalan Jujur dan Adil

Menurut Karaniya, jika pejabat publik boleh berkampanye dan berpihak maka akan meruntuhkan pilar pemilu yang jujur dan adil.

"Itu lah yang kemudian saya kira menjadi substansi atau dasar utama mendorong Prof Mahfud melontarkan protes dan kritik moral ini untuk seluruh masyarakat Indonesia," ujarnya.

Sebagai informasi, pada kontestasi Pilpres 2024 diikuti oleh beberapa menteri dan pejabat publik. Mereka adalah Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar yang merupakan cawapres nomor urut 1.

Kemudian, capres nomor urut 2 Prabowo Subianto yang merupakan Menteri Pertahanan. Sementara cawapres Prabowo yaitu Gibran Rakabuming Raka merupakan Wali Kota Solo aktif.

Hanya capres nomor urut 1 Anies Baswedan dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo yang tidak lagi merupakan pejabat publik setelah keduanya menyelesaikan pengabdiannya sebagai gubernur.

Baca juga: Bakal Mundur dari Menko Polhukam, Mahfud: Saya Tak Akan Tinggal Glanggang Colong Playu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

Nasional
Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Nasional
Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Nasional
Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Nasional
Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Nasional
Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Nasional
Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Nasional
Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Nasional
Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Nasional
Nasib Pilkada

Nasib Pilkada

Nasional
Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com