JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah tokoh nasional yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa (GNB) menyambangi kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, pada Rabu (31/1/2024).
Adapun tokoh-tokoh nasional itu meliputi istri mendiang Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid; Komarudin Hidayat; Erry Riyana Hardjapamekas; Karlina Supelli; Makarim Wibisono; dan Alissa Wahid.
Komarudin Hidayat menyampaikan, kunjungan ini merupakan rangkaian silaturahmi dengan tokoh bangsa, tokoh negara, dan penyelanggara negara sebelumnya.
"Kali ini kami ketemu dengan pimpinan KPU, kami sampaikan aspirasi masyarakat bahwa pemilu ini sangat strategis bagi kelangsungan dan pembangunan bangsa," kata Komarudin di kantor KPU, Rabu.
Baca juga: Ada Anggota KPPS Dipecat karena Pose 2 Jari, KPU: Perilaku Harus Dijaga
"Oleh karena itu, kami menyampaikan harapan dari masyarakat agar Pemilu berlangsung damai, jujur, adil, transparan, dan berwibawa," imbuh dia.
Dia menyampaikan, pemilu yang ditangani oleh KPU punya tanggung jawab moral, historis, dan politis yang mulia.
Namun di sisi lain, KPU menjadi punya tanggung jawab lebih berat. Sebab dari proses Pemilu, akan melahirkan presiden dan pemimpin bangsa yang harus mengantarkan Indonesia melanjutkan ragam pembangunannya.
"Pada titik tertentu KPU posisinya itu di atas presiden karena dia yang mengantarkan lahirnya presiden," ucap dia.
Baca juga: KPU Akui Ada 198 Data Ganda Pemilih di New York
Dengan begitu, kata Komarudin, pelaksanaan Pemilu tetap harus diawasi meski KPU sudah menyiapkan begitu banyak konseptual, peraturan, dan desain yang ditata dengan baik.
"Pada pelaksanaannya ini harus kita awasi, harus kita kawal bersama-sama. Dan KPU juga membuka diri untuk menerima berbagai kritik, laporan, dan sebagainya karena Pemilu ini sebetulnya tugas kita, milik kita bersama," ujar Komarudin.
Sementara itu, Ketua KPU Hasyim Asyari menyebut, para tokoh juga menanyakan hal-hal soal kepemiluan yang bersifat teknis.
Misalnya, kata Hasyim, terkait daftar pemilih, layanan pemilihan terhadap warga di luar negeri, penyediaan surat suara logistik Pemilu, serta mengevaluasi dan menyiapkan KPPS supaya terhindar dari peristiwa kematian massal pada Pemilu tahun 2019.
"Dan bagaimana mengawal suara pemilih mulai dari TPS sampai rekapitulasi dan penetapan hasil Pemilu di tingkat nasional. Dan kami bersikap terbuka terhadap berbagai masukan, catatan, kritik, termasuk yang disampaikan oleh para tokoh yang tergabung dalam GNB," jelas Hasyim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.