JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan mendapat ancaman penembakan di media sosial.
Informasi ancaman terkuak dari cuitan akun pengguna X @sleepyiysloth yang mengunggah tangkapan layar berupa komentar di platform TikTok dengan komentar ancaman.
Komentar yang ditulis @Rifanariansyah itu bertuliskan "Izin bapak, nembak kepala anis hukumannya berapa lama ya?".
Atas peristiwa ini, tim hukum dari Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin atau Timnas Amin telah melaporkan akun yang berkomentar mengumbar ancaman itu ke Kepolisian.
Baca juga: Anies Diancam Penembakan di Medsos, Ganjar: Kita Sudah Demokrasi, Jangan Gitu...
Timnas Amin berharap Kepolisian dapat mengusut ancaman pembunuhan yang berbahaya bagi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Tim hukum Amin sudah menindaklanjuti ancaman pembunuhan ini karena sangat membahayakan keselamatan Bapak Anies Rasyid Baswedan dan sebuah perbuatan yang sangat berbahaya di saat kontestasi Pemilu 2024 sedang berlangsung," ujar juru bicara Timnas Amin, Iwan Tarigan, Jumat (12/1/2024).
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo turut berkomentar atas peristiwa ancaman ini. Ia menyayangkan adanya ancaman penembakan terhadap Anies.
Menurut Ganjar, ancaman ini sama sekali tidak menunjukkan demokrasi di Indonesia, terlebih sebentar lagi ajang pesta demokrasi Pemilu 2024 akan dilaksanakan.
"Ya kalau kita sudah punya demokrasi, jangan ngancam gitu. Biarkan rakyat bisa memilih dengan baik," kata Ganjar ditemui di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Baca juga: Polri Belum Terima Laporan soal Ancaman Penembakan Anies di Medsos
Ganjar menyinggung tentang demokrasi di Indonesia yang seharusnya dijaga bersama.
Jikalau ancaman penembakan dikaitkan karena ada pihak tak suka dengan sikap Anies dalam debat ketiga Pilpres, Ganjar sama sekali tidak bisa membenarkannya.
"Debat itu kan sebenarnya untuk masyarakat bisa yakin dapat preferensi memilih. Maka orang diminta atau para kandidat diminta untuk menunjukan gagasannya. Disanggah oleh yang lain, itu proses yang biasa saja sebenarnya," ujar mantan Gubernur Jawa Tengah ini.
Ganjar kemudian menyinggung tentang kampanye negatif yang lebih baik dariapda kampanye hitam.
Menurut Ganjar, lebih baik pihak yang tidak suka itu menyerang melalui kampanye negatif dengan tidak menyerang personal.
"Tidak boleh black campaign, tapi negative campaign boleh. Silakan dipositifkan. Itulah proses perdebatan," pungkasnya.