JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu visi misi calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo yang menyinggung soal cita-cita supaya Indonesia mempunyai senjata strategis rudal hipersonik dinilai baik tetapi perlu perencanaan cermat.
Menurut pengamat pertahanan dan militer sekaligus Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Universitas Paramadina Anton Aliabbas, gagasan Ganjar supaya Indonesia mempunyai rudal hipersonik baik dalam segi penguatan kekuatan tempur.
"Terkait ide akuisisi rudal hipersonik ini tentu saja merupakan sebuah lompatan dalam memperkuat pertahanan artileri Indonesia," kata Anton saat dihubungi pada Senin (8/1/2024)
Akan tetapi, kata Anton, rencana akuisisi itu tentu memiliki beberapa hal penting untuk dicermati.
Baca juga: Tanggapi PDI-P, TKN: Bung Karno Pakai Alutsista Bekas Itu Fakta, Masa Prabowo Minta Maaf...
Anton mengatakan, akuisisi rudal hipersonik membutuhkan biaya tinggi. Apalagi saat ini baru segelintir negara yang mampu memproduksi dan membuat senjata mutakhir itu.
"Oleh karena itu, perencanaan yang baik menjadi kunci utama. Pemetaan segala risiko yang mungkin dihadapi, mulai dari level teknis, operasional hingga pembiayaan, harus cermat disiapkan," ujar Anton.
Menurut Anton, jika Ganjar terpilih dan berencana mewujudkan gagasan kepemilikan rudal hipersonik maka pemerintah harus mempunyai niat politik buat mulai menanamkan modal buat riset dan produksi ketimbang membeli dari produsen asing.
"Akuisisi ini hendaknya juga diarahkan dalam skema 'spend to invest' sehingga memiliki efek ekonomi serta memperkuat BUMN pertahanan. Dengan demikian, sektor pertahanan tidak lagi dilihat sebagai sektor pemborosan," ucap Anton.
Baca juga: Prabowo Ajak Anies Bicara Baik-baik soal Pembelian Alutsista Bekas
Senjata rudal hipersonik sempat disinggung oleh calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo dalam debat ketiga Pilpres 2024, yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024).
Menurut Ganjar, Indonesia di masa mendatang perlu melakukan penataan gelar pasukan karena Ibu Kota Nusantara (IKN) jadi pusat baru untuk mengantisipasi konflik global.
Selain itu, kata Ganjar, Indonesia perlu mempunyai senjata taktis seperti misil hipersonik buat mengantisipasi peperangan jika pecah konflik terbuka antara China dan Amerika Serikat.
"Untuk itulah dengan teknologi sakti, rudal hipersonik, senjata otonomi itu bisa dilakukan kalau anggaran Kemenhan, satu atau dua persen dari PDB," kata Ganjar.
Baca juga: Hasto Kristiyanto Desak Prabowo Minta Maaf karena Sebut Bung Karno Pakai Alutsista Bekas
Saat ini TNI memang memiliki senjata berupa misil berbagai jenis yang dioperasikan oleh TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. Namun, TNI belum mempunyai persenjataan rudal hipersonik.
Di sisi lain, rudal hipersonik adalah salah satu senjata strategis selain misil balistik yang diriset cukup lama dan menelan biaya tinggi dalam pembuatannya.
Rudal hipersonik dirancang mampu menjelajah sampai 5 kali kecepatan suara dan menempuh jarak jauh, bisa mengubah arah buat menghindari sistem misil penangkal, lalu menghantam sasaran yang sudah ditentukan dengan tepat.
Senjata itu bisa diluncurkan dari darat, kapal perang permukaan, dan pesawat pengebom atau jet tempur.
Baca juga: Tanggapi Undangan Prabowo Bahas Alutsista, Anies: Harus di Forum Terbuka
Saat ini hanya segelintir negara yang mempunyai rudal hipersonik. Mereka adalah China (YJ-21 dan DZ-ZF), India (BrahMos-II, Shaurya), Iran (Fattah-1), Rusia (Avangard,
Kh-47M2 Kinzhal, 3M22 Zircon, R-37), dan Amerika Serikat (Boeing X-51 Waverider, Long-Range Hypersonic Weapon, dan OpFires).