FORMAT dan jalannya debat ketiga Pilpres 2024 boleh dikata berlangsung lebih baik dibanding dua sesi debat sebelumnya. Lebih dinamis, saling menekan.
Sirkulasi pertanyaan dan jawaban lebih menarik, tidak kaku. Begitu pula soal pemanfaatan durasi waktu oleh para capres lebih efektif, termasuk adanya improvisasi dalam posisi berdiri saat debat.
Bila sebelumnya para capres berdiri berurut sesuai urutan nomor urut, kali ini posisi Ganjar Pranowo nomor urut tiga berdiri di tengah, di antara Prabowo Subianto nomor dua dan Anies Baswedan nomor satu.
Sesuai dengan tema debat “Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, Globalisasi, Geopolitik dan Politik Luar Negeri”, mestinya menjadi panggung bagi Prabowo, mengingat posisinya selain capres juga sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).
Namun yang terjadi justru sebaliknya, Prabowo tampil dalam tekanan. Apalagi sejak awal debat Anies sudah memulai dengan mengajukan pernyataan yang terlihat mengganggu mental atau emosi Prabowo.
Anies menyerang Prabowo antara lain soal penguasaan lahan ratusan ribu hektare, gagalnya membangun ketahanan pangan lewat "Food Estate", juga soal anggaran pertahanan untuk membeli alutsista bekas, hingga mengungkit lagi soal etika.
Dampaknya, Prabowo benar-benar terpancing dan kerap out of control, lari dari konteks atau alur diskusi, sehingga kurang fokus. Kesan gemoy jadi pudar.
Alih-alih memaksimal durasi waktu debat yang memang terbatas untuk memberikan penjelasan atau argumentasi, Prabowo justru kerap mengajak lawan debat untuk nanti berdiskusi di luar forum malam itu.
Anies dan Ganjar juga seperti kompak menekan Prabowo. Kalau di awal Anies yang menekan dengan pertanyaan ‘interogatif’, Ganjar menekan dengan kritis pada Prabowo di paruh kedua waktu debat.
Ganjar menyerang dengan menuntut penjelasan soal pemutusan hubungan kerja pembuatan kapal antara PT. PAL dan Korsel, juga terkait usia pesawat tempur, misalnya Mirage punya Qatar.
Ganjar mengaku memiliki data-data serius dan menantang Prabowo beserta timnya bisa menjawabnya langsung.
Anies dan Ganjar juga terlihat memperbincangkan kinerja Prabowo di atas panggung debat itu, dan masing-masing memberi angka penilaian.
Ganjar memberi rapor merah atau nilai 5. Sementara Anies dengan sedikit guyon memberi nilai 11, tapi dari 100, terhadap kinerja Kemhan di bawah kepemimpinan Prabowo.
Pemberian nilai atau angka dari Ganjar, menjadi semacam antiklimaks atas beberapa respons Prabowo yang sebelumnya selalu ingin terlihat sependapat dengan Ganjar. Bahkan Prabowo merasa sepertinya membaca buku yang sama dengan Ganjar.
Menjadi semacam cinta yang bertepuk sebelah tangan. Diajak ‘berkoalisi’ di atas panggung oleh Prabowo, Ganjar justru berbalik dengan membeberkan sejumlah hasil penilaian dan pemeringkatan berbagai lembaga yang kurang positif terhadap Kemhan.