DEBAT perdana Pilpres 2024, Selasa, 12 Desember 2023 yang diikuti calon presiden (capres) Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo berlangsung seru, dengan tensi yang cukup tinggi.
Sedikit di atas ekspektasi sejumlah kalangan yang mengira debat akan cenderung datar atau monoton.
Dari debat perdana, terlihat pula ada korelasi, antara capres yang sering menghadiri debat dan diskusi dengan kesiapan menjawab pertanyaan atau menggunakan durasi waktu secara efektif dan efisien.
Semua yang menyaksikan debat semalam, secara live maupun melalui tayangan ulang di platform media digital, tentu punya penilaian masing-masing, dan akan menjadi preferensi dalam menentukan pilihan politik.
Sebagai bagian dari proses atau pentahapan pemilihan pilpres, debat pilpres menjadi penting karena menjadi kesempatan kepada capres untuk menyampaikan seperti apa visi dan rencana kerjanya.
Hal ini memungkinkan pemilih untuk memahami dengan lebih baik calon yang akan mereka pilih, sehingga memperkuat dasar keputusan memilih.
Dalam debat perdana Pilpres 2024, yang dibahas adalah soal pemerintahan, hukum, HAM, pemberantasan, korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik, kerukunan warga, memperlihatkan plus-minus dari para capres.
Baik itu dalam pemaparan, maupun saat saling menanggapi pertanyaan. Ada yang plus-nya lebih banyak, ada yang minus-nya tak bisa ditutupi.
Ini gunanya debat capres dan juga debat yang menyertakan calon wakil presiden (cawapres), sehingga para calon kepala negara yang berkontestasi seperti ada di etalase transparan untuk kemudian bisa dilihat dari berbagai sudut oleh para pemilih.
Itu pula mengapa sebaiknya capres dan cawapres dalam debat pilpres lebih menonjolkan kemampuan dan gagasan, serta solusi konkret yang akan dilakukan terhadap isu-isu penting yang tengah dihadapi bangsa.
Momentum debat juga adalah panggung untuk melihat ‘keaslian’ karakter atau pembawaan diri dari kandidat. Sehingga sekalipun ada yang sebelumnya tampil dengan gimmick maupun kesan baru yang ingin diciptakan, tapi bisa luntur dalam sesaat.
Sehingga debat pilpres tak bisa dianggap sekadar agenda seremonial untuk memenuhi rutinitas dalam perhelatan pilpres, tapi benar-benar sarana adu pesona dan personaliti dari para capres dan cawapres.
Dengan publik mencermati dan menyoroti rekam jejak, integritas, dan kebijakan relevan yang disampaikan kontestan, tentu saja dapat membantu membangun kepercayaan pemilih untuk yakin membuat keputusan.
Di sinilah pentingnya kemampuan komunikasi ketika capres-cawapres berada di atas panggung. Kemampuan berkomunikasi memang menjadi kunci penyampaian pesan dengan efektif dan efisien.
Dalam debat perdana yang sudah dilakoni, pemilih tentu sudah bisa menilai capres mana yang sejatinya lebih unggul, dan capres mana yang ‘kalah’ atau terlihat kurang piawai dalam berargumentasi.