Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk 6 Tokoh

Kompas.com - 10/11/2023, 18:43 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan (DGTK) Anhar Gonggong menjelaskan alasan enam tokoh mendapatkan gelar pahlawan nasional dari negara.

Selain berjasa bagi negara, keenam tokoh yang dianugerahi gelar oleh Presiden Joko Widodo pada Jumat (10/11/10//2023) ini memiliki bidang perjuangan yang spesifik.

"Karena dia berjasa, dan dia mengorbankan jiwanya untuk kepentingan kemerdekaan dan proses bangsa," ujar Anhar di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.

"Masing-masing punya spesifik karena yang mereka hadapi kan situasinya juga berbeda-beda, jadi misalnya Bataha Santiago berhadapan dengan zaman Belanda, kalau Haji Abdul Chalim pejuang agama," ucap dia.

Baca juga: M Tabrani, Pahlawan Nasional Pejuang Bahasa Indonesia asal Madura

Kemudian M Tabrani merupakan salah satu pencetus kongres pemuda yang pertama.

Selain itu, dia mengusulkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Anhar mengatakan, enam tokoh yang diberi gelar pahlawan merupakan usulan dari daerah ke pusat.

"Dari gubernur ke departemen sosial, departemen sosial kirim ke presiden, prosesnya panjang, orang bisa diteliti sampai 4 tahun," ucap dia.

Adapun pada Jumat, Presiden Jokowi menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh dari berbagai daerah di Istana Negara.

Baca juga: Mahfud: Pahlawan Korbankan Jiwa Raga untuk Kemakmuran, Koruptor Korbankan Rakyat

Enam tokoh tersebut yakni almarhum Ida Dewa Agung Jambe dari Provinsi Bali, almarhum Bataha Santiago, dari Provinsi Sulawesi Utara, almarhum M. Tabrani, dari Provinsi Jawa Timur, almarhumah Ratu Kalinyamat, dari Provinsi Jawa Tengah, almarhum K.H. Abdul Chalim, dari Provinsi Jawa Barat dan almarhum K.H. Ahmad Hanafiah, dari Provinsi Lampung.

Sementara itu, cucu dari K.H. Abdul Chalim yang merupakan Kiai Asep Syaifuddin Chalim menyampaikan terima kasih kepada Presiden Jokowi yang memberikan gelar pahlawan untuk kakeknya.

Baca juga: Kisah Ratu Kalinyamat, Pahlawan Nasional Ahli Strategi Perang

Kiai Asep yang merupakan Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) mengatakan, perjuangan yang dilakukan kakeknya sangat panjang, mulai dari menjadi komandan pada peristiwa 10 November, tokoh moderasi beragama hingga pejuang pendidikan.

"Beliau dalam temuan-temuan yang dikaji secara ilmiah beliau adalah seorang komandan dalam peristiwa 10 November. Kemudian beliau adalah tokoh moderasi di mana pada tahun 1925 beliau menyampaikan kata pengantar pada buku yang ditulis HOS Tjokroaminoto," kata Kiai Asep.

"Dalam kata pengantar itu Beliau mengatakan saya diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa memiliki sikap moderasi menghargai pada siapa pun berkomunikasi dengan baik dengan siapapun," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com