Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar Bilang Negara Harus Kuasai Kebutuhan Pokok, Tak Bisa Diliberalkan

Kompas.com - 07/11/2023, 17:55 WIB
Ardito Ramadhan,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bakal calon presiden Ganjar Pranowo menyatakan, pemerintah atau negara harus menguasai kebutuhan pokok, tidak bisa melemparnya ke pasar bebas atau meliberalkannya.

Hal ini disampaikan Ganjar saat menyampaikan pidato terkait arah dan strategi politik luar negeri dalam acara yang digelar Center for Strategic and International Studies (CSIS).

"Kebutuhan pokok itu negara harus menguasai, tidak bisa diliberalkan seperti ini," kata Ganjar dalam pidatonya di Kantor CSIS, Jakarta, Selasa (7/11/2023).

Baca juga: Ganjar Ingin Diplomat Indonesia Lebih Banyak Berbicara

Ganjar menuturkan, Indonesia sesungguhnya punya potensi untuk menjadi salah satu lumbung pangan di dunia, seperti sejumlah negara tetangga, yakni Viernam, Thailand, dan India.

Sebagai lumbung pangan dunia, kata Ganjar, suplai pangan di Indonesia harus bisa terjamin meski sedang berada dalam situasi konflik atau perang.

Mantan Gubernur Jawa Tengah itu berpandangan, angka produksi beras di Indonesia pun terbilang lumayan, yakni rata-rata 5,9 ton per hektar, dengan potensi bisa mencapai 12 ton per hektar.

"Kalau kita bisa meningkatkan 7 ton saja, maka produksi itu sudah sangat luar biasa. Itu artinya butuh modernisasi, mekanisasi, dan intervsnsi dari pemerintah," kata Ganjar.


Politikus PDI-P itu mengatakan, negara harus terlibat dalam persoalan pangan, tidak boleh membiarkannya saja kepada para petani.

Baca juga: MKMK Diminta Berani Ambil Putusan, TPN Ganjar-Mahfud: Berhentikan dan Ganti 5 Hakim MK

Sebab, menurut dia, masih banyak petani yang mengeluhkan tingginya biaya produksi beras tetapi dibeli dengan harga yang sangat murah.

"Tidak bisa politik pangan ini dibiarkan oleh petani, digerakkan para petani dan mereka suruh berjalan begitu saja, tidak bisa, negara harus mengintervensi," kata Ganjar.

"Termasuk bagaimana pengelolaannya. Maka saya orang yang mendorong dalam konteks lumbung pangan dunia ini, Bulog mesti dikembalikan pada fungsi awal," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com