JAKARTA, KOMPAS.com - Program lumbung pangan (food estate) nasional di Kabupaten Merauke, Papua terhambat kandungan zat besi yang cukup tinggi di lahan daerah tersebut.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyampaikan, kandungan zat besi pada tanah ini sedikit banyak berpengaruh ke tingkat kesuburan lahan sehingga tanaman pangan sulit tumbuh dengan baik.
"Untuk kondisi itu mesti didalami, kenapa Merauke dari dulu tidak bisa bertumbuh dengan baik dalam pengembangan agrifood-nya? Apakah ada sesuatu? Ini perlu dipikirkan," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (11/5/2023).
"Kalau sementara ini saya lihat memang (zat) besinya tinggi di sana, harus ada unsur yang menetralisir," ucap Moeldoko lagi.
Baca juga: Ganjar soal Program Food Estate Jokowi: Kita Tidak Perlu
Moeldoko menyampaikan, kandungan zat besi pada lahan tersebut mempengaruhi PH tanah. Akibatnya, tumbuhan yang ditanam di lahan tersebut menjadi lebih kuning.
Lumbung pangan di Merauke merupakan proyek yang digagas di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2010.
Pemerintah lalu berencana menjadikan lumbung pangan tersebut sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
"Zat besi. Tanah itu kalau ada zat besinya itu agak memengaruhi PH sehingga tanaman itu menjadi kuning. Nah, enggak begitu subur banget. Ini perlu effort-nya agak kuat," ucap Moeldoko.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pengembangan KEK lumbung pangan tersebut akan dikonsentrasikan untuk padi dan tebu.
Baca juga: Food Estate Dikritik Pihak Anies, Jubir Prabowo: Harusnya Dialamatkan ke SYL yang Jadi Tersangka
Berkaitan dengan anggaran, Airlangga menyebut bahwa KEK tersebut akan diarahkan ke public private partnership (PPP) atau Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Dalam pengembangannya, pihak yang terlibat ialah Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) dan investor swasta.
"Kita belum bicara produksi, kita konsentrasi padi dan tebu. Kalau (potensi) food estate, kan, bisa 2 juta hektar, tapi awal 200.000 hektar dulu," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, pada Selasa (10/10/2023), dikutip dari Harian Kompas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.