Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Al Makin
Rektor UIN Sunan Kalijaga

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA, kelahiran Bojonegoro Jawa Timur 1972 adalah Profesor UIN Sunan Kalijaga. Penulis dikenal sebagai ilmuwan serta pakar di bidang filsafat, sejarah Islam awal, sosiologi masyarakat Muslim, keragaman, multikulturalisme, studi minoritas, agama-agama asli Indonesia, dialog antar iman, dan studi Gerakan Keagamaan Baru. Saat ini tercatat sebagai Ketua Editor Jurnal Internasional Al-Jami’ah, salah satu pendiri portal jurnal Kementrian Agama Moraref, dan ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Makin juga tercatat sebagai anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia) sejak 2017. Selengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al_Makin.

Pragmatisme dan Rasionalitas Dalam Demokrasi

Kompas.com - 03/11/2023, 13:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM proses demokrasi kita sikap pragmatik mewarnai, yaitu pilihan yang membawa guna dan manfaat terutama untuk menopang hasil dan dampak yang diinginkan.

Berguna dan bermanfaat biasa disebut pragmatik, mungkin malah mampu mendewasakan sikap pemimpin dan warga kita.

Kita semua bertambah rasional dan mungkin damai ketika kita bertambah pragmatis. Sikap pragmatisme ini tampaknya bisa mendewasakan dan mengurangi ideologi, fanatisme, dan idealisme.

Untuk menjadi rasional, baik warga dan pemimpin, ternyata tidak harus melalui pendidikan panjang yang sifatnya idealis secara formal dan melelahkan atau pendidikan tentang pengalaman empiris lewat prosedur ilmiah.

Mana yang berguna dan bermanfaat dalam langkah-langkah sosial dan politik cukup menyadarkan rasionalistas kita, mengurangi emosi dan menggerus ideologi dan fanatisme.

Idealisme, yaitu taat pada nilai-nilai yang dipegang berdasarkan petunjuk baku dari pendidikan formal dan tradisi, ternyata kurang tepat saat ini.

Pragmatisme, mungkin siapa tahu, bisa mendidik manusia Indonesia untuk lebih rasional dalam bersikap dan memilih.

Jadi, dalam banyak perilaku politis pemimpin dan warga, ternyata pertimbangan-pertimbangan pragmatik, yaitu nilai guna, manfaat, dan imbasnya dalam langkah dan pilihan perlu dilihat sebagai alat untuk mendewasakan.

Ketika memutuskan dalam melangkah dan memilih, tidak harus berdasarkan mana yang idealis dan mana yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan tradisi. Namun, mana yang bermanfaat yang jelas dan membawa dampak ekonomi dan politik saat itu.

Itulah kecenderungan yang sedang terjadi saat ini. Kita lebih pragmatis, makanya kita lebih rasional. Nilai-nilai manfaat dan guna membawa kita lebih netral dan dingin dalam bersikap dan bertindak.

Demokrasi kita tidak lepas dari sejarah para pemimpin kita memulai membangun negara dan bagaimana pemimpin selanjutnya berubah.

Di awal-awal kemerdekaan para pendiri bangsa sangat familiar dengan filsafat idealisme Eropa, sepeti Georg Wilhem F Hegel (m. 1831).

Menurut filsafat idealisme, benturan-benturan yang berlawanan melahirkan proses jalannya sejarah manusia. Dan benturan terakhir adalah kompromi dari tesa (kenyataan) berbeda yang menghasilkan sintesa.

Kita baca tulisan-tulisan Sukarno, Hatta, Syahrir, dan juga Yamin, filsafat idealisme menonjol di sana.

Di sisi lain kritik terhadap idealisme juga melahirkan Marxisme yang mengedepankan empirisme dalam sejarah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Yakin Presidential Club Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Yakin Presidential Club Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Nasional
Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Nasional
Gejala Korupsisme Masyarakat

Gejala Korupsisme Masyarakat

Nasional
KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

Nasional
PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

Nasional
Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Nasional
Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Nasional
Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Nasional
MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

Nasional
Paradoks Sejarah Bengkulu

Paradoks Sejarah Bengkulu

Nasional
Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Nasional
Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Nasional
Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com