JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Laksamana Yudo Margono akan merekomendasikan calon penggantinya apabila diminta Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal itu diungkapkan Yudo setelah memimpin serah terima jabatan (sertijab) Kepala Staf TNI AD (KSAD) di lapangan Mabesad, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2023).
“Kalau Presiden minta, tentunya saya akan memberikan saran dan pendapat,” kata Yudo kepada awak media.
Baca juga: Menerka Calon Panglima TNI Pengganti Laksamana Yudo Margono...
Yudo mengatakan, sejauh ini ia belum memberikan rekomendasikan kandidat Panglima TNI selanjutnya ke Jokowi.
“Sampai saat ini saya belum (merekomendasikan), ya tadi nantinya tentunya (pemilihan Panglima TNI) hak prerogatif presiden,” ujar Yudo.
Yudo bakal memasuki usia pensiun pada 26 November 2023.
Kini, ada tiga kandidat calon Panglima TNI pengganti Yudo. Mereka ada Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal Agus Subiyanto, Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Muhammad Ali, dan Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo.
Sebab, merujuk pada aturan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, salah satu syarat menjadi Panglima TNI adalah perwira tinggi aktif yang sedang atau pernah menjabat sebagai kepala staf angkatan.
Baca juga: Soal Peluang Jadi Panglima TNI, KSAL: Saya Tak Mikir ke Sana, Jalani Saja yang Sekarang
Pengamat militer dari Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas mengatakan, Agus Subiyanto berpotensi besar menjadi Panglima TNI menggantikan Yudo.
Terlebih lagi, setelah Agus dilantik menjadi KSAD menggantikan Jenderal Dudung Abdurachman yang akan pensiun pada pertengahan November 2023.
“Kans Agus diajukan sebagai calon Panglima TNI menggantikan Laksamana Yudo Margono menjadi besar,” kata Anton, Rabu (25/10/2023).
Anton mengatakan, nama kandidat kuat lainnya yang layak diajukan ke DPR adalah KSAL Ali.
“Jika berkaca pada pengalaman Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk pos strategis, menjatuhkan pilihan kepada Agus menjadi terbuka lebar. Walaupun jika merujuk pada visi poros maritim dunia, tentu saja semestinya Ali memiliki peluang yang lebih,” ujar Anton.
Akan tetapi, menurut Anton, Jokowi dalam sembilan tahun terakhir sering kali menunjukkan anomali dalam penentuan pos strategis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.