Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaesang Jadi Ketum PSI Dinilai Semakin Merusak Kaderisasi dan Tak Beri Teladan

Kompas.com - 26/09/2023, 14:55 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menetapkan anak bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep, sebagai ketua umum dinilai membuktikan kegagalan mekanisme kaderisasi dan tidak memberikan teladan dalam hal politik bagi generasi mendatang.

Menurut peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor, mekanisme kaderisasi adalah inti persoalan dari seluruh partai politik yang ada saat ini.

Kegagalan melakukan kaderisasi melahirkan politikus yang pragmatis yang bekerja demi kepentingan kelompok dan atau malah mencari keuntungan, serta tidak memberikan teladan politik bagi generasi mendatang.

Jika pola kaderisasi seperti itu tetap terjadi maka sulit mengharapkan politikus jempolan lahir dari parpol-parpol yang ada, dan malah dikuasai oleh orang-orang yang berbekal koneksi politik serta bermodal besar, ketimbang politikus yang memahami berbasis keilmuan dalam membuat kebijakan publik bermutu dan menjadi jalan keluar persoalan jangka pendek dan panjang.

Baca juga: Pengangkatan Kaesang Jadi Ketum PSI, Jokowi Efek, dan Kelayakannya

"Kaderisasi akan semakin dimotivasi untuk semakin tidak dilakukan dengan contoh-contoh yang terjadi, yang saat ini dicontohkan oleh PSI," saat dihubungi pada Selasa (26/9/2023).

Kaesang dipilih dan disahkan menjadi Ketua Umum PSI hanya berselang 3 hari setelah menerima kartu tanda anggota.

Kaesang baru sah menjadi anggota partai berlambang bunga mawar Sabtu (23/9/2023) akhir pekan lalu, setelah penyerahan secara simbolis kartu tanda anggota di kediaman sang ayah di Kota Solo, Jawa Tengah.

Dengan proses yang kilat, Kaesang yang baru 3 hari menjadi kader langsung menduduki posisi puncak di PSI.

Baca juga: Gerindra Harap Kaesang Bisa Bikin PSI Dukung Prabowo Capres 2024

Fenomena Kaesang, kata Firman, memperlihatkan PSI adalah sebuah partai politik (parpol) yang masih menerapkan pola lama yang berorientasi hanya pada kekuasaan.

"Ini membuktikan secara internal, PSI bukan satu partai modern yang mengedepankan kaderisasi dan demokrasi yang rasional," ucap Firman.

Menurut Firman, sebuah partai politik yang modern seharusnya dikelola dengan sistem merit. Sebuah sistem manajemen sumber daya manusia yang menjadikan kualifikasi, kompetensi dan kinerja sebagai pertimbangan utama dalam proses perencanaan, perekrutan, penggajian, pengembangan, promosi, retensi, disiplin dan pensiun.

 

Padahal, kata Firman, PSI yang kerap mengidentikkan diri sebagai partai anak muda dan progresif seharusnya menerapkan sistem itu dalam memilih pucuk pimpinan atau orang-orang yang menduduki jabatan strategis dan membuat keputusan.

"Seharusnya mereka yang punya hak yang bisa memimpin partai dilihat dari kinerja, kemampuannya, rekam jejak, loyalitas, dan dedikasinya," ucap Firman.

Baca juga: Airlangga: Kaesang Jadi Ketum PSI Bagus, Partainya Orang Muda

Firman juga menilai fenomena Kaesang yang secara kilat menjadi Ketua Umum PSI bakal berdampak buruk dalam hal pendidikan politik generasi milenial atau generasi mendatang.

"Ini bisa mematikan semangat generasi milenial terkait politik. Mereka akan melihat pola jika Anda dekat dengan kekusaan, punya dukungan politik dari bapak, enggak usah pinter-pinter amat, punya modal, Anda bisa survive di politik," papar Firman.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Nasional
Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com