Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

"Rungkad" Mengalun Dibalut Udara Kotor

Kompas.com - 14/09/2023, 08:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERINGATAN hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 di Istana Kepresidenan, Jakarta, antara lain berlangsung ketika udara di Jakarta dan sekitarnya diselimuti udara kotor atau polusi yang membuat banyak orang sakit.

Perayaan hari kemerdekaan ke-78 ini juga ditandai berkumandangnya lagu dangdut koplo berjudul Rungkad yang punya arti rusak, tercabut, hancur atau ambyar.

Banyak orang menari, berlenggak-lenggok, menggoyangkan pinggul di depan Istana Merdeka yang dibalut udara polusi atau udara kotor. Rungkad dan polusi menaungi Istana di musim kosa kata “cawe-cawe” mencapai puncaknya.

Berkumandangnya lagu Rungkad di perayaan kemerdekaan di Istana menjadi bahasan hingga hari ini. Ada pro dan kontra. Ada yang memuja dan mengecam, ada yang suka dan tidak suka. Ada yang tidak peduli dan ada yang kurang suka.

Senin, 11 September 2023 lalu, di salah satu rumah di Jalan Hang Lekir, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, berlangsung pembicaraan santai mengenai gema alunan dangdut koplo Rungkad.

Putri salah satu proklamator RI 1945, Halida Hatta hadir. Ia menyampaikan kritik dengan bahasa dan kalimat halus berkumandangnya Rungkad yang menggerakan banyak orang hadir di teras dan halaman Istana Merdeka bergoyang dari yang halus sampai yang bergaya “ngebor”.

Banyak argumen kritik Halida yang disampaikan dalam pertemuan itu. Hadir di situ mantan anggota DPR Firman Jaya Daeli, wartawan senior dan penulis Maria Hartiningsih, mantan anggota Komisi Pemilihan Umum Sulawesi Utara Yessy Momongan, mantan karyawan Pertamina Maria Hamid, penggemar dan jago celotehan tentang dunia mistis Mariza Hamid, Pemimpin Umum harian Pos Kota Azisoko (Dimas) Harmoko, Pemimpin Kompasiana Nurruloh dan seterusnya.

Bagi rumah Hang Lekir, hari itu memang cukup istimewa. Karena biasanya pada hari Senin berlangsung percakapan bisnis atau usaha kebun duren, usaha minyak bumi dan kuliner.

Sehari setelah dangdut koplo Rungkat mengalun bersama menebalnya udara polusi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi yang belum juga bisa diatasi itu, seorang rekan pengacara mengirimkan saya lirik lagu itu. Tentu disertai banyak komentar dan kritik.

Lirik itu bekata demikian. Rungkad, Entek-entekan, Kelangan kowe sing paling tak sayang, Stop mencintaimu, Gawe aku ngelu, Mungkin aku terlalu cinta, Aku terlalu cinta nganti ra kroso dilarani, Pancen kuakui aku salah, terlalu percoyo, Mergo mung nyawang rupo, Saiki aku wis sadar, terlalu guoblok mencintaimu.

Terjemahan bebasnya sebagai berikut. Rusak, habis-habisan, kehilangan kamu yang paling kusayang, stop mencintaimu, bikin aku pusing, Mungkin, aku terlalu cinta, Aku terlalu sayang, Sampai tidak terasa disakiti, Memang, kuakui aku salah, terlalu percaya, karena hanya melihat wajah (ndeso, kampungan yang lugu), Kini aku sudah sadar, terlalu dungu mencintaimu. Ini terjemahan versi sang pengacara yang dikirimkan ke saya.

Sang pengacara asal Salatiga, Jawa Tengah itu juga berkomentar begini. “Lagu Rungkad di istana tadi bukan sekadar lagu, tapi juga pesan untuk banteng,” ujarnya.

Halida Hatta yang selalu diundang dan hadir pada acara hari peringatan kemerdekaan di Istana, banyak berkomentar penuh kritik. Namun saya tidak menuliskan di artikel ini.

Halida juga menunjukkan sejumlah orang yang sependapat dan seperasaan dengan dia. Ia memperlihatkan orang-orang yang duduk diam, tidak berjoget ketika Rungkad dilantunkan seiring dengan beredarnya udara kotor.

Kita dapat menyaksikan Presiden RI ke-5 Megawati yang duduk di belakang Nyonya Iriana Jokowi (berjoget) nampak duduk diam.

Seseorang pemudi yang hadir dalam pertemuan di Jalan Hang Lekir, Kebayoran Baru, ketika menyaksikan seorang menteri berusia lanjut, disorot kamera, berkomentarlan dia, “Nah ini dia presidenya presiden”.

Ada lagi yang berkomentar setelah lagu dangdut ini menggema dari Istana. “Perlu dicatat saat ini memang eranya rejim cawe-cawe rungkad”.

Rungkad berkumandang di hari proklamasi kemerdekaan ke-78 bukan hanya seiring dengan polusi yang masuk rekor tertinggi di dunia, tapi juga dengan iringan kebakaran hutan di berbagai tempat, termasuk di Gunung Lawu, Jawa Tengah.

Namun apapun lagu Rungkad ini enak didengar dan dijogetin. Apalagi kalau kita dengarkan lagu ini dilantunkan sinden asal Tulungagung, Jawa Timur, Dike Sabrina, dan Niken Salindry (Kediri). Asyiiiiiik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Nasional
Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Nasional
Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Nasional
Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Nasional
PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

Nasional
Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Nasional
Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Nasional
Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Nasional
Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P dalam Periode Kedua Jokowi

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P dalam Periode Kedua Jokowi

Nasional
Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasional
Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com