KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengundang 28 perwakilan negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) di Indonesia untuk menghadiri jamuan makan malam, Kamis (24/8/2023).
Adapun undangan tersebut bertujuan untuk menjaring dukungan bagi proses aksesi Indonesia pada OECD.
“Tadi dalam pertemuan sambil makan malam, seluruh duta besar (dubes) yang hadir, satu-per satu menyatakan dukungan kepada Indonesia (menjadi anggota OECD) dan tentunya Indonesia berbesar hati karena dukungan dari para dubes ini penting,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (25/8/2023).
Airlangga mengungkapkan, terdapat 38 negara anggota OECD yang nantinya akan mengadakan pertemuan tingkat kepala perwakilan OECD pada September 2023.
Baca juga: Indonesia Berpotensi jadi Negara Asia Tenggara Pertama yang Gabung OECD
Dalam pertemuan tersebut, kata dia, seluruh negara akan memutuskan menerima atau menolak usulan Indonesia untuk masuk menjadi anggota OECD.
“Keanggotaan Indonesia pada OECD akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bagi Indonesia, (OECD) diperlukan untuk meningkatkan kecepatan dan skala transformasi ekonomi negara guna mencapai tujuan strategis nasional,” ucap Airlangga yang juga menjabat Ketua Umum (Ketum) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar.
Indonesia, lanjut dia, memerlukan sarana dan pendekatan baru untuk memandu para pembuat kebijakan agar bergerak maju, terutama dengan menyelaraskan diri dengan tolok ukur internasional.
Menurut Airlangga, institusi dan pembuat kebijakan di Indonesia akan mendapatkan manfaat dari proses keanggotaan OECD dalam memperkuat penyusunan kebijakan berbasis bukti dan analisis, khususnya pada reformasi lingkungan, sosial, dan tata kelola.
Baca juga: Pengendalian Sosial Persuasif: Pengertian dan Contohnya
“Selain itu, kebijakan nasional Indonesia akan mampu beradaptasi dengan perubahan struktural yang ada, seperti dekarbonisasi, digitalisasi, teknologi, dan masalah demografi,” tutur Airlangga.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Indonesia dapat lolos dari middle income trap, seperti Korea Selatan (Korsel) apabila dapat menjadi negara OECD.
Menko Airlangga memapaparkan keuntungan yang didapat Indonesia jka menjadi anggota OECD.
Keuntungan pertama, kata Airlangga, Indonesia akan masuk dalam critical part, yaitu periode krisis sebagai negara dengan pendapatan 5.000 dollar Amerika Serikat (AS) pada akhir 2024 untuk selanjutnya mencapai pendapatan di atas 10.000 dollar AS.
“Waktu kita tidak banyak. Diperkirakan 10 tahun dan untuk 10 tahun itu bersamaan dengan adanya bonus demografi. Dan bersamaan dengan itu, fungsi dari pada investasi dan multilateral trade menjadi penting. Artinya kita membuka akses terhadap pasar di 38 negara OECD dan juga kita menggunakan best practice standar yang sama,” ucapnya.
Baca juga: Menko Airlangga Beberkan Manfaat Indonesia Jika Jadi Anggota OECD
Kedua, sebagai anggota OECD, Indonesia dapat menjangkau global lebih luas, khususnya pada kawasan Asia Tenggara.
Dengan proyeksi sebagai lima besar perekonomian dunia pada 2045, Indonesia merupakan mitra strategis dalam memperkuat standar dan praktik terbaik OECD.