Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kamp Pengasingan Boven Digoel yang Buat Soekarno Ketar-ketir

Kompas.com - 23/08/2023, 14:36 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Boven Digul saat ini menjadi sebuah kabupaten di Provinsi Papua Selatan. Namun, di masa lalu nama itu menjadi momok bagi para perintis kemerdekaan Indonesia dari Belanda.

Kabupaten Boven Digoel adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Asmat dan Kabupaten Mappi.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Boven Digoel menjadi tempat pengasingan tokoh-tokoh politik seperti Mohammad Hatta, Mohammad Bondan, Sutan Syahrir, Sayuti Melik, Mas Marco Kartodikromo, Thomas Najoan, Chalid Salim, Lie Eng Hok, Muchtar Lutfi, dan Ilyas Ya'kub.

Menurut catatan ada sebanyak 1.200 orang tahanan politik Hindia Belanda yang dibuang di dua kamp di Boven Digoel, yaktu Tanah Merah dan Tanah Tinggi.

Dalam buku Hantu Digoel: Politik Pengamanan Politik Zaman Kolonial, keputusan membuat sebuah tempat pengasingan bagi tokoh-tokoh gerakan revolusioner dan komunis mulanya sebagai reaksi pemerintah Hindia Belanda terhadap pemberontakan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) di Banten pada 6 November 1926.

Baca juga: Mengenal Boven Digoel Papua, Tempat Bung Hatta Diasingkan di Era Kolonial Belanda

Keputusan mendirikan sebuah tempat pengasingan bagi tokoh-tokoh politik dan pemberontak itu disepakati oleh Gubernur Jenderal Andries Cornelis Dirk de Graeff dan Dewan Hindia Belanda (Raad van Nederlancsh-Indie) pada 18 November 1926.

Setelah pemberontakan itu, aparat keamanan Hindia Belanda memburu para tokoh-tokoh politik.

Mereka yang tertangkap kemudian dibawa dengan kapal menuju Boven Digoel.

Digoel yang tadinya merupakan hutan lebat disulap menjadi kamp-kamp buat menampung para tahanan politik.

Penjagaan di kamp itu dibuat berlapis, tetapi tidak dibatasi dengan kawat berduri.

Baca juga: Mengintip Sel Tikus Bung Hatta di Boven Digoel...

Yang paling mematikan dari Boven Digoel justru bukan dari kekejaman aparat melainkan dari alamnya.

Selain malaria, saat itu di sekitar kamp Boven Digoel masih banyak dihuni oleh suku-suku setempat yang bisa dibilang belum terlampau ramah dengan orang asing.

Alam Digoel yang panas, lembab, dan gersang juga membuat para tahanan politik berpikir ulang buat. Selain itu, sungai-sungai yang mengalir di sekitar kam juga dipenuhi buaya.

Bahkan seorang tahanan politik bernama Mangoenatmodjo tewas diterkam buaya saat sedang mandi di sungai.

Baca juga: Boven Digoel, Pengasingan yang Sangat Ditakuti


Najoan yang dijuluki "Jungle Pimpernel" dilaporkan 4 kali berupaya kabur dari kamp itu. Percobaan terakhir dilakukan pada 1942, kurang dari setahun sebelum kamp itu ditutup. Akan tetapi, Najoan hilang di hutan.

Halaman:


Terkini Lainnya

Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Nasional
Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Nasional
Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Nasional
Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Nasional
Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Nasional
Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Nasional
Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Nasional
Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Nasional
Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Nasional
DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

Nasional
Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Nasional
Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com