JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, fenomena banjir dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di saat yang bersamaan telan menjadi fenomena global.
"Secara global, dua fenomena yang berlawanan terjadi, karhutla dan banjir. Tidak cuma di Indonesia skala lokal, tapi skala global pun terjadi," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers secara daring, dikutip dari YouTube Kompas.com, Selasa (22/8/2023).
Abdul Muhari menyampaikan, kebakaran hutan terjadi Hawaii, Amerika Serikat. Blok-blok perumahan di wilayah tersebut terbakar, sehingga tidak ada ruang bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri dan harus melompat ke laut.
Kebakaran hutan juga terjadi di Kanada, Malaysia, dan Pulau Tenerife Spanyol.
Baca juga: BNPB Catat 52 Bencana Seminggu Terakhir, Didominasi Karhutla
"Di Spanyol hingga saat ini belum bisa dikendalikan secara umum. Misalnya di benua Amerika saja, di Kanada ada kebakaran hutan yang sangat luar biasa," ujar Abdul Muhari.
Di wilayah yang tidak jauh dari negara tersebut, yaitu Alaska, justru terjadi banjir yang cukup besar. Begitu pula di Kolumbia, Pakistan, China, Korea Selatan, dan India.
"Jadi memang fenomena cuaca dalam setidaknya satu bulan terakhir tidak cuma di tingkat lokal di Indonesia, tapi di tingkat global pun memperlihatkan variabilitas atau tingkat kejadian yang cukup tinggi dengan dampak signifikan," ucap dia.
Lebih lanjut, pria yang karib disapa Aam ini menyebut, Indonesia sudah mengalami 52 kejadian bencana dalam seminggu terakhir periode 14-20 Agustus 2023.
Baca juga: BNPB Prediksi Masih Ada Potensi Banjir dan Karhutla pada Agustus-September
Bencana didominasi oleh kebakaran hutan dan lahan dengan 32 kejadian, diikuti banjir 7 kejadian, puting beliung 7 kejadian, dan kekeringan 6 kejadian.
Puncak musim kemarau membuat makin banyaknya titik panas (hot spot) pada dua minggu pertama bulan Agustus, dibandingkan dua minggu pertama bulan Juni dan Juli.
Salah satu wilayah dengan tingkat titik panas yang tinggi, adalah Pulau Sumatera. Titik panas menjadi 8.839 pada periode 1-14 Agustus 2023, lebih tinggi dibandingkan 2.180 titik pada 1-14 Juli 2023 dan 2.249 titik pada 1-14 Juni 2023.
Titik panas di Pulau Kalimantan bahkan meningkat sangat tinggi. Titik panas menjadi 40.141 pada periode 1-14 Agustus 2023, lebih tinggi dibandingkan 879 titik pada 1-14 Juli 2023 dan 2.236 titik pada 1-14 Juni 2023.
"Hot spot-nya sudah luar biasa banyak. Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua itu Papua bagian selatan (juga meningkat), karena itu lahan gambutnya. Lahan gambut dan lahan basah ada di situ," tutur Aam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.