Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Ganjar Harus Keluar dari Skenario Politik Besutan Prabowo dan Bergerak Sendiri

Kompas.com - 19/08/2023, 14:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DIAKUI atau tidak, bergabungnya Partai Golkar dan PAN ke kubu Prabowo Subianto tentu mengagetkan PDIP dan koalisi pendukung Ganjar Pranowo.

Karena, pertama, akan mempersempit kesempatan PDIP untuk memperlebar sayap koalisi untuk memenangkan Ganjar Pranowo.

Kedua, tentu sekaligus akan membatalkan peluang lahirnya poros keempat yang digadang-gadang akan dimotori oleh Golkar dan PAN.

Tentu target utama PDIP adalah yang pertama. Jika berhasil membawa Golkar dan PAN berdiri bersama di Pilpres 2024 mendatang, otomatis mesin politik Ganjar Pranowo akan semakin besar dan akan ikut menambah kepercayaan diri Teuku Umar dalam menyongsong tahun 2024.

Namun jika target pertama gagal, minimal PDIP berharap peluang untuk membuat mesin politik Prabowo Subianto tetap konstan alias tidak bertambah.

Jalan satu-satunya, jika Golkar dan PAN tidak merapat ke PDIP, adalah dengan lahirnya poros keempat. Dengan begitu, akan terjadi distribusi suara secara acak yang akan menghalangi Prabowo Subianto untuk menguasai pertarungan politik secara superdominan.

Langkah ke arah itu telah dilakukan oleh Puan Maharani dan beberapa petinggi PDIP, yakni dengan bertemu Airlangga Hartarto dan petinggi Golkar, sebelum keputusan bergabung dengan Prabowo diambil.

Begitu pula dengan PAN. Dengan memasukkan nama Erick Thohir sebagai salah satu dari lima cawapres Ganjar diasumsikan akan membawa PAN berlabuh di PDIP.

Di samping itu, muncul pula isu dan wacana akan lahirnya kekuatan keempat yang akan dimotori oleh Golkar dan PAN.

Publik tentu cukup bisa memahami isu dan wacana ini mengingat Golkar dan PAN memang jauh-jauh hari sebelumnya telah bersama membawa bendera Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB.

Meskipun secara matematis agak sulit tercapai karena secara simbolik sebenarnya kekuatan politik sudah mengkristal kepada tiga pengelompokan berdasarkan tiga nama calon presiden yang sudah muncul, yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.

Namun setidaknya dengan bertahannya wacana poros keempat tersebut, maka bertahan pula kaki Golkar dan PAN di luar kekuatan Prabowo.

Ternyata terjadi pergerakan politik dadakan yang membatalkan semua harapan itu. Tetiba Golkar dan PAN melabuhkan dukungan secara resmi ke Hambalang, yang membuat mesin politik calon presiden Prabowo Subianto mendadak menjadi tambun.

Jadi diakui oleh PDIP atau tidak, saya meyakini Teuku Umar terkejut dengan gerakan cepat tersebut, bahkan boleh jadi mendadak "nervous" karena menutup pintu untuk dua target di atas, yakni mendapatkan tambahan mesin politik dari Golkar dan PAN di satu sisi dan menghalangi Golkar dan PAN berlabuh di Hambalang di sisi lain.

Terlepas dengan kontroversi politik yang melingkupi keputusan dadakan kedua partai tersebut, yang jelas secara politik praktis PDIP kini tertinggal cukup jauh di belakang.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com