JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin memberikan pernyataan cukup menghebohkan terkait dengan politik uang.
Cak Imin mengatakan, butuh biaya besar untuk seseorang yang ingin menjadi calon legislatif (caleg) dari DKI Jakarta.
Jika ingin duduk sebagai anggota dewan di Senayan, menurut Cak Imin, kandidat harus merogoh kocek hingga Rp 40 miliar.
Cak Imin menyatakan itu karena berkaca pada pengalaman sulitnya anggota Nahdlatul Ulama (NU) bisa menang pemilihan legislatif (Pileg) lantaran butuh biaya besar.
Baca juga: Cak Imin: Jadi Anggota DPR dari Jakarta Butuh Biaya hingga Rp 40 Miliar
Situasi itu juga dinilai menyebabkan caleg yang memiliki latar belakang sebagai aktivis sulit memenuhi parlemen.
“Cost-nya sekitar Rp 40 miliar. Ada yang (mengeluarkan biaya) Rp 20 miliar, enggak jadi. Ada yang Rp 25 miliar enggak jadi,” kata Muhaimin di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta, Jumat (11/8/2023) malam.
Oleh karena itu, Cak Imin menyebut politik uang memang masih merajalela di Indonesia.
Ia bahkan menilai, orang kaya pasti akan berkuasa dan yang menang adalah mereka yang memiliki uang.
"Itu terbukti di lapangan dengan baik," ujar Muhaimin.
Baca juga: Keluarga Gus Dur Masih Tak Terima soal Kudeta PKB 2008, Muhaimin Iskandar Bergeming
Lantas, bagaimana respons para politikus parlemen Senayan yang berasal dari daerah pemilihan (dapil) DKI Jakarta?
Wakil Ketua Komisi III DPR dari Fraksi Nasdem Ahmad Sahroni mengaku tak sepenuhnya sependapat dengan pernyataan Cak Imin.
Sebab, menurutnya, sukses menjadi anggota Dewan tidak hanya dari uang semata.
"Sangat enggak bisa dinilai karena uang semata. Kita memang wajib punya uang buat kampanye, tetapi tidak berpatokan berapa nilai, jumlah uangnya,” ujar Sahroni pada Kompas.com, Sabtu (12/8/2023).
Baca juga: Muhaimin Bilang Nyaleg dari Jakarta Butuh Rp 40 Miliar, Sahroni: Tidak Bisa karena Uang Semata
Sahroni mengatakan, para caleg juga harus memiliki strategi yang jitu untuk mengambil hati konstituen.
Jika tidak, sudah mengeluarkan biaya sangat besar, tetapi gagal juga melaju ke Senayan.